SUMBER,- Direktur RSUD Sambas, dr Ganjar Eko Prabowo mengungkapkan, hingga Selasa (12/12/2017), belum ada pasien Difteri yang ditemukan sedang dalam perawatan di RSUD Sambas. “Sampai sekarang belum ada, di RSUD Sambas khususnya itu belum ada kami temukan. Beberapa hari ini sudah kami cek dan kami tanya ke ruang anak atau pun ke dokter spesialis anak, tidak dijumpai dan mudah-mudahan tidak ada yang mengidap penyakit Difteri ini,” ungkapnya didampingi Kabid Pelayanan Medis RSUD Sambas, Supardi, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (12/12/2017).
dr Ganjar mengimbau agar warga masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit Difteri.
“Saya mengingatkan bahwa penyakit Difteri ini sangat menular dan dapat menyebabkan kematian,” ujarnya. Lanjutnya, penyakit Difteri dapat dicegah dengan melakukan imunisasi sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia.
“Imunisasi adalah perlindungan terbaik terhadap kemungkinan tertular penyakit Difteri, dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai fasilitas kesehatan. Lengkapi imunisasi DPT/DT/Td anak, sesuai jadwal imunisasi,” jelasnya.
Ia memaparkan, merujuk dari Kementerian Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi Difteri lengkap itu yakni, usia anak kurang dari 1 tahun harus mendapatkan 3 kali imunisasi Difteri (DPT).
“Kemudian anak usia 1 sampai 5 tahun harus mendapatkan imunisasi ulangan sebanyak 2 kali. Anak usia sekolah harus mendapatkan imunisasi Difteri melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) siswa sekolah dasar (SD) kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 atau kelas 5,” paparnya. Lanjutnya, setelah itu, imunisasi ulangan dilakukan setiap 10 tahun, termasuk orang dewasa.
“Apabila status imunisasi belum lengkap, segera lakukan imunisasi di fasilitas kesehatan terdekat,” terangnya.
dr Ganjar mengajak para orangtua untuk secara dini mengenali gejala awal Difteri, seperti demam dengan panas tinggi sekitar 38’C, nafsu makan menurun, lesu, nyeri menelan dan nyeri tenggorokan.
“Sekret hidung kuning kehijauan dan bisa disertai darah. Utamanya memiliki tanda khas berupa selaput putih keabu-abuan (pseudomembran) di tenggorok atau hidung yang tidak mudah lepas, selain itu juga terlihat adanya pembengkakan di leher (bull neck) karena kelenjar getah beningnya membengkak,” urainya.
Sumber : tribun.news