Tim Ekspedisi Uwentira Temukan Rano

  • Whatsapp
banner 728x90

.
Reportase:
Ikhsan Madjido
TIM
Ekspedisi Uwentira Komunitas Sejarah Budaya dan Cerita Sulawesi menemukan danau
atau Rano di pegunungan sekitar Uwentira. Ekspedisi yang digelar 23 Agustus
2018 lalu itu selain menemukan Rano, juga menjumpai tiga kuburan yang
panjangnya 7 dan 9 meter.

“Ekspedisi ini
memperkenalkan sejarah budaya dan cerita dari nenek moyang kita tentang Uwentira
secara nyata dan harus kita yakini daerah ini penuh dengan kegaiban,” terang Ketua
Tim Ekspedisi, Hendra Busilemba kepada Kaili Post, Minggu (26/8/2018). Rano
yang luasnya sekitar 6 hektare itu oleh tim dinamai Rano Uwentira, dan diyakini
sebagai tempat para makhluk astral penghuni Uwentira membersihkan diri.

Dijelaskan Hendra
bahwa demi melengkapi arsip Komunitas sejarah Uwentira dan memenuhi rasa puas
pada penggila sejarah To Kaili khususnya di wilayah Gunung Uwentira yang
menurut cerita rakyat se-Sulawesi khususnya Kota Palu sebagai tempat
bersemayamnya para mahluk astral se-Nusantara bahkan dunia.

Sepintas sejarah Uwentira
dirangkum dari berbagai narasumber mengatakan bahwa ketika zaman penjajahan
banyak rakyat pribumi di pekerjakan secara paksa untuk membuka akses jalan
untuk menuju kerajaan Parigi dan sekitarnya, maka banyak para pejuang
kemerdekaan Tanah Kaili yg gugur demi menggagalkan pembuatan akses jalan menuju
Kerajaan Parigi.

Puncaknya
perjuangan perlawanan itu di titik Jembatan Uwentira yang memakan korban tidak
sedikit. Konon ceritanya airnya sampai berubah warna menjadi merah darah karena
keinginan para pejuang Tanah Kaili tidak mau diperintah oleh para penjajah,”
cerita aktivis Komunitas Sejarah Budaya dan Cerita Sulawesi ini.

Konon kabarnya para
Patih, Tadulako serta punggawa dari beberapa kerajaan bergabung untuk menggagalkan
akses pembuatan jalan dan jembatan Uwentira. Namun kekuatan tidak berpihak pada
mereka banyak mereka tertangkap untuk dipekerjakan dengan perlakuan amat sangat
keras.

“Ekspedisi ini
ingin mengangkat sejarah bukan keangkeran Uwentira. Meski demikian
bayang-bayang kemistikan mengiringi perjalanan kami, padahal perjalanan kami
adakan dari pagi menjelang siang hari,” ujarnya.

Uwentira merupakan
situs sejarah perlawanan terhadap penjajahan yang tidak terlepas dari
kegaibannya. Olehnya itu komunitas tidak mengangkat sisi kegaiban Uwentira
dengan penghuni makhluk astralnya.

“Itu di luar kaidah
komunitas ini. Namun bagi yang ingin diskusi tentang penampakan dan wujud
mereka, dapat bergabung di sekret kami,” pinta Hendra. Saat melakukan ekpedisi
tim yang terdiri atas 15 orang anggota komunitas ini juga ditemani 5 orang
penunjuk jalan dan orang spritual.

Untuk akses ke Rano
dan kuburan dapat di tempuh dengan jalan kaki menyusuri jalan setapak dari
jembatan Uwentira dengan waktu tempuh 35 menit. Tentunya harus menyiapkan diri
secara fisik dan mental, karena selain medan yang terjal dan curam, juga adanya
bayang-bayang mistik perlu diperhitungkan.**

Berita terkait