Hewan di Danau Poso Terancam Punah

  • Whatsapp
banner 728x90

Unsur Pemerintah, Kelembagaan Masyarakat, Tokoh Masyarakat, Dan Tokoh Agama (Foto : IST)
Reporter/Poso:
Ishaq Hakim
YAYASAN Panorama Alam Lestari (YPAL) Kabupaten Poso baru-baru ini
menggelar sosialisasi program kemitraan Wallacea di Key Biodiversity Area (KBA)
di lokasi  danau Poso, Desa Wera, Kecamatan Pamona Puselemba,
(8/9/2018). Kegiatan sosialisasi yang bekerjasama dengan Burung Indonesia ini
dilakukan dalam rangka mendukung konservasi keragaman hayati endemik danau
Poso. 
Dengan mengusung tema “Pelestarian KBA
danau Poso melalui pengelolaan ruang desa secara partisipatif dan budidaya
pertanian organik”, sosialisasi diikuti sebanyak 35 orang peserta yang terdiri
dari unsur pemerintah, kelembagaan masyarakat, tokoh masyarakat, dan tokoh
agama serta mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unsimar Poso.
Berdasarkan data yang disajikan dalam Wallacea
Ecosystem Profile (WEP) Burung Indonesia dan CEPF, terdapat beberapa jenis
fauna yang kini mulai terancam punah secara global di danau Poso. Di antaranya
seperti Bungu Poso (Weberogobius amadi), Buntingi Paruh Bebek (Adrianichthys
kruyti), Buntingi Popta (Xenopoecilus poptae).
Sementara itu berbagai jenis ini telah
mengalami tingkat ancaman yang cukup tinggi dan berada diambang kepunahan yang
tidak lagi dijumpai dalam 10 tahun terakhir.
Dikawasan hutan yang merupakan daerah
tangkapan air di sekitar KBA danau Poso, juga terdapat beberapa jenis-jenis
darat seperti Anoa Dataran Rendah (Bubalus Depressicornis), Anoa Dataran Tinggi
(Bubalus Quarlesi), Rangkong (Aceros Cassidix) dan Kura-Kura leher Sulawesi
(Leucocephalon yuwonoi).
Beberapa jenis ini juga turut mengalami
tingkat keterancaman akibat perburuan dan kerusakan habitat asli dari praktek
pembukaan dan alih fungsi lahan di areal hutan. Direktur Eksekutif YPAL Poso
sekaligus penanggung jawab program, Yopy Hary menyampaikan, jika program
kerjasama antara YPAL dengan Lembaga Burung Indonesia didukung pendanaan
sepenuhnya oleh Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) selama durasi 12
bulan.
Menurut bung Yopy, dimana sebagai desa ke dua
yang menjadi fokus replikasi atas hasil kerja-kerja di Desa Mayakeli ditahun
2017 sampai sekarang khususnya pendampingan di masyarakat dalam kerja-kerja
konservasi keragaman hayati pihaknya melakukan pendekatan tata guna lahan serta
mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan berbasis pertanian ramah
lingkungan.
Hal ini kata Yopy, sangat diharapkan akan
memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dan kelestarian
ekologi bagi ekosistem di bentang alam danau Poso, sehingga dalam pencapaian
besarnya kerja-kerja ini dapat berkontribusi positif terhadap arah kebijakan
pembangunan desa sampai pada tingkat daerah terutama disektor tata kelola
sumberdaya alam Tanah Poso.
Sekretaris Desa Wera, Jasman T berterimakasih
kepada pihak penyelenggara atas pemilihan Desa Wera sebagai desa dampingan
selanjutnya, dimana desa ini secara langsung berada di kawasan penyangga daerah
tangkapan air danau Poso. “Karena terdapat air terjun Saluopa yang saat
ini juga menjadi salah satu objek destinasi wisata yang terkenal dengan
keindahan air terjunnya yang mengarah langsung ke danau Poso, sehingga kita
perlu melestarikan secara bersama-sama,” ucap Sekdes.**

Berita terkait