Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Sulit Tercapai

  • Whatsapp
banner 728x90


Sumber: Tirto.id
KEPALA Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto
menyebutkan target pertumbuhan ekonomi 7 persen yang pernah dicanangkan Jokowi
di awal kepemimpinannya sulit tercapai.



Sebabnya angka yang termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN)
itu disusun untuk jangka waktu selama 5 tahun. Padahal, kata Suhariyanto,
selama dijalankan banyak ketidakpastian dalam perekonomian global.



“Kan RPJMN 5 tahun ke depan. Ketika kita prediksi, banyak dekali yang
tidak terduga. Kapan The FeDd (bank sentral ASL) menaikan suku bunga. Dan kita
gak tau perang dagang dapat berdampak,” ucap Suhariyanto dalam konferensi
pers di gedung BPS RI, Rabu (6/2/2019).
Pada 2019, proyeksi Bank Indonesia pertumbuhan
ekonomi Indonesia sebesar 5,4 persen. Angka ini juga jauh dari proyeksi
pemerintah pada awal kepemimpinan Joko Widodo-Jusul Kalla. Menurut BPS angka
pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2018 sebesar 5,17 persen.

Tidak hanya itu, nilai itu juga di bawah target antara 5,18 persen hingga 5,4
persen sesuai asumsi APBN 2018. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada
September 2018 lalu pun memangkas target itu menjadi 5,14 persen hingga 5,21
persen.

“Target [pertumbuhan ekonomi] 7 persen berat sekali apalagi kalau
memperhatikan [kondisi] perekonomian global,” ucap Suhariyanto.

Hal ini menurutnya memiliki kaitan dengan imbas harga komoditas dan ekspor ke
negara tujuan yang melambat.

Belum lagi, kata dia, saat ini BPS juga memaparkan, neraca perdagangan minus
sejak Oktober 2018 lalu dinilai semakin memperlambat capaian pertumbuhan
ekonomi pemerintah.


Hal itu terlihat dari laju pertumbuhan ekspor yang berangsur minus dari kuartal
3 ke kuartal 4 2018 dengan nilai 2,22 persen. Ditenggarai jumlah impor yang
melampaui jumlah ekspor pada kuartal tersebut.

“Ini jadi hambatan impor kita lebih tinggi,” ucap Suhariyanto.

Menurut Suhariyanto, Indonesia tidak sendiri, tetapi hal ini juga dialami
negara-negara dunia. Sebut saja ekonomi Cina hanya hanya tumbuh 6,7 persen atau
melambat secara years to years (perbandingan tahun ke tahun) sebesar
6,5 persen.

Sama halnya dengan ekonomi Singapura yang melambat dari angka 2,3 persen
menjadi 2,2 persen. Tidak ketinggalan, Suhariyanto juga memaparkan stagnannya
ekonomi Amerika Serikat dan Jepang yang masing-masing berada pada angka 3
persen dan 0,1 persen.

“Di tengah ekonomi global yang tidak pasti ini 5,17 persen merupakan
capaian yang menggembirakan,” ucap Suhariyanto.**

Berita terkait