Polda Minta Maaf Jalur Offroad

  • Whatsapp
Reporter: Firmansyah Lawawi

PARA Peserta lomba adventure
Off Road
, pada 1-3 Maret 2019 melintasi areal likuifaksi Balaroa Kecamatan
Palu Barat dan Petobo Kecamatan Palu Selatan. Sedangkan hingga saat ini masih
ratusan jenazah yang belum ditemukan di areal tersebut

Warga korban likuifaksi pun bereaksi keras. Mereka
menilai peserta lomba yang digelar Indonesian Off-Road Federation (IOF) bersama
Direktorat Lalulintas Polda Sulteng tak beretika dan tak memiliki empati, serta
tidak bisa menjaga perasaan keluarga korban bencana yang terjadi pada 28
September 2018 lalu.

“Saat mobil off road melintas pada Jumat
(1/3/2019) kemarin, itu bertepatan dengan kesepakatan warga untuk mengumpulkan
tulang keluarga kami yang menjadi korban bencana. Setiap hari Jum’at kami juga
menggelar doa bersama di tempat itu,” kata Muhlis, pengurus Rumah Singgah di
lokasi likuifaksi Balaroa, pada pertemuan dengan beberapa pejabat Polda
Sulteng, Sabtu (2/3/2019).

Sejumlah pejabat Polda Sulteng yang hadir pada
pertemuan itu diantaranya, Pelaksana Tugas (Plt) Wadirlantas Polda Sulteng,
AKBP Agustin Tampi, Wadir Intelkam AKBP Soeliono, Wadir Binmas Polda Sulteng
AKBP Sirajuddin Ramly dan AKBP M Zamzami.

Menurut Muhlis, warga korban likuifaksi Balaroa
bukan hanya butuh bantuan logistik, tetapi juga butuh empati dan kepedulian
semua pihak terutama bagaimana menjaga perasaan warga yang hingga kini tidak
menemukan jasad keluarganya karena masih tertimbun di lokasi tersebut.

Kata Muhlis, warga korban likuifaksi Balaroa
memang membutuhkan bantuan, tetapi bukan dengan kecongkakan memakai kendaraan
off road yang dengan seenaknya melintasi areal likuifaksi.

Hal senada diungkapkan Sekretaris Forum Korban
Likuifaksi Balaroa, Agus Manggona. Menurut Agus, protes warga berawal dari
laporan adanya sejumlah jeep adventure yang melintasi bekas likuifaksi. Warga
marah karena di bawah bekas likuifaksi itu masih ratusan korban maupun harta
benda masyarakat yang terkubur.

Agus mengibaratkan, melintasi areal likuifaksi
yang ada di Balaroa itu sama saja dengan melintas di atas Taman Pekuburan Umum
(TPU) Pogego. Bedanya, di areal likuifaksi itu tidak ditandai dengan batu nisan
seperti yang ada di kuburan Pogego.

“Kalau mereka melewati jalur yang sudah ditentukan
yaitu Jalan Manggis ke arah Jalan Gawalise, tidak masalah. Tapi kenapa harus
melintasi bekas likuifaksi,” kata Agus Manggona.

“Ketersinggungan kami karena mobil melintas di
area likuifaksi. Di mana kami meyakini, di situ ada keluarga kami yang masih
tertimbun. Kami akan pasang Spanduk larangan melintas mobil off road dan trail.
Kalau masih ada, tanggungjawab sendiri jika masyarakat beraksi,” imbuh Agus,
yang hingga kini juga belum menemukan jasad putri sulungnya itu.

Sementara, pihak Polda Sulteng yang diwakili
Pelaksana Tugas (Plt) Wadirlantas Polda Sulteng, AKBP Agustin Tampi mengakui
atas terjadinya kekhilafan dan kekeliruannya yang dilakukan peserta lomba
adventure Off Road. Sehingga, Ia mewakili Polda Sulteng, meminta maaf kepada
warga korban bencana likuifaksi di Balaroa, melalui Forum Korban Likuifaksi
Balaroa.

Menurut Agustin, pihaknya juga tidak ingin masalah
tersebut berlarut-larut dan berdampak buruk. Karena itu kata dia, Polda Sulteng
mengundang perwakilan warga yang tergabung dalam forum tersebut, untuk duduk
bersama.

“Kami akui, secara kedinasan, baik Kapolda,
Wakapoda, Dirlantas Polda Sulteng, ada kekeliruan dan khilafan dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut. Khususnya koordinasi. Tujuan kegiatan tersebut
(off road), tidak ada sedikit pun maksud atau kesengajaan untuk tidak
menghargai para korban atau melecehkan dari sisi kemanusiaan,” kata Agustin.

Agustin menjelaskan, kegiatan lomba adventure off
road tersebut, merupakan rangkaian kegiatan Millenial Road Safety Festival,
yang bertujuan untuk menyampaikan pesan moral, agar generasi mellenial, lebih
peduli terhadap keselamatan berlalu lintas. Namun berujung jadi protes dan
sorotan warga korban likuifaksi Balaroa dan Petobo.

“Kita dari Direktorat Lalu Lintas Polda Sulteng,
akan mengevaluasi hal ini. Ke depan, kita juga akan meningkatkan lagi
koordinasi setiap kegiatan. Sehingga, tidak terulang kejadian seperti ini,”
jelasnya.

Menanggapi permohonan maaf tersebut, Ketua Forum
Warga Korban Likuifaksi Balaroa, Abd Rahman Kasim, yang hadir bersama beberapa
warga Balaroa, dengan legowo menerima permintaan maaf pihak Polda Sulteng.
Menurutnya, dengan adanya itikad baik Polda Sulteng, yang berinisiatif
mengadakan pertemuan itu, sudah cukup bagi warga untuk tidak mempersoalkan
peristiwa itu lebih jauh.

Ia juga berharap kejadian serupa tidak terulang
kembali. Karena kejadian ini merupakan suatu peringatan bagi semua pihak, untuk
lebih menghargai masyarakat korban bencana likuifaksi.

“Cukup sampai disini saja. Persoalan kemarin habis
hari ini. Kami juga sudah menerima permintaan maaf Polda. Namun, ini sudah
menjadi peringatan bagi semua pihak, termasuk Polda. Untuk lebih berhati-hati
dalam bertindak dan lebih menghargai korban bencana likuifaksi di Balaroa,”
tegasnya.

Rahman Kasim yang juga Pengacara senior itu
mengungkapkan, alasan warga Balaroa, menolak lokasi likuifaksi Balaroa
dijadikan rute off road. Pertama, pihak Panitia dari Ditlantas Polda Sulteng
tidak pernah berkoordinasi dengan warga setempat, khususnya melalui Forum Warga
Korban Likuifaksi Balaroa. Sehingga, pihaknya juga tidak mengetahui adanya
kegiatan off road di lokasi likuifaksi.

Kedua, sejak dulu warga menolak upaya sejumlah
pihak ingin melaksanakan kegiatan di lokasi itu. “Karena sampai saat ini kami
meyakini masih ada sekira 300 lebih jenazah yang tertimbun di lokasi itu,” kata
Rahman Kasim.

Wakil Ketua DPRD Kota Palu, Erfandy Suyuti yang
turut hadir pada pertemuan itu juga menyesalkan peristiwa yang melukai warga
korban likuifaksi Balaroa.

Erfandy yang juga korban likuifaksi Balaroa itu
sangat menyayangkan tidak adanya koordinasi kegiatan tersebut dengan dengan
warga, baik melalui Forum Korban Likuifaksi, maupun pemerintahan setempat.

“Bahkan, tokoh masyarakat hingga lurah setempat
juga tidak mendapat informasi akan adanya kegiatan di lokasi itu,” ungkapnya.

Selain itu Erfandy juga menyesalkan adanya
beberapa pihak yang ngotot bahwa peserta off road tidak melintasi areal bekas
likuifaksi.

“Saya sempat berdebat di medsos, bahwa mereka
tidak melintas di lokasi itu. Sampai saya katakan apakah perlu saya unggah
videonya di medsos. Maksud saya kalau salah ya sudah, tidak usah mencari
pembenaran diri,” kata Erfandy.

Ketua panitia pelaksana, AKBP Zamsami
mengungkapkan, jauh sebelum pelaksanaan kegiatan telah dilakukan survei rute,
bersama Indonesia Off-Road Federation (IOF). Bahkan, sudah menyampaikan maksud
tersebut kepada warga yang berada di rumah singgah. Hanya saja, warga yang
menerima Zamsami dan tiga orang tim survei IOF di rumah singgah, kemungkinan
bukanlah warga setempat. Sehingga, informasinya tidak tersampaikan. Baik kepada
tokoh masyarakat, lurah hingga warga korban bencana.

“Kami sudah menyampaikan, ingin melakukan kegiata
off road, saat melakukan survey rute. Namun, mungkin belum lengkap
koordinasinya saat itu. Tapi kalau dianggap keliru, kami minta maaf. Kami bukan
membuka rute baru, tapi hanya melintas,” kata AKBP Zamsami.

AKBP Zamsami juga menjelaskan rute yang harusnya
dilalui 62 peserta dengan berbagai jenis Mobil Off Road yakni dengan memulai
Start dari Jl.Samratulangi (Depan Mapolda Sulteng) – Jl.Raden Saleh – Depan
Mako Ditlantas/Jl.Rajamoili – Jembatan III – Jl.Wahid Hasyim – Jl.Agussalim
-Jl.Pangeran Hidayat – Jl.Cumi-Cumi – Pantai Taman Ria – Jl.Munif Rahman –
Jl.Kedondong -Jl.Datu Adam – Jl.Manggis (Likuifaksi) – Balaroa – Gawalise (naik
samping Aspol Duyu) -Sungai Sumpe – Desa Balane – Desa Porame – Desa Beka
(Masjid Baburahmah) – Desa Kaleke (Jembatan) – Sungai Wonu – Tanggul Maranata –
Desa Sidera – Desa Jono Oge (Masjid Al-Muhajirin) – Bundaran Biromaru –
Jl.Karajalemba – BTN Petobo (Likuifaksi) -Tanggul Petobo – Desa Ngata Baru –
Kel.Kawatuna – Kel.Lasoani – Jl.Veteran – Jl.Merpati -Jl.Doyo Dara – BTN
Lagarutu – Pasar Talise – Jl.Soekarno Hatta – Jl.Jabal Nur – Jl.Hangtuah –
Jl.Yos Sudarso-FINISH/Jl.Samratulangi (Depan Mapolda Sulteng).

Sebelumnya, perwakilan Polda Sulteng juga
melakukan pertemuan dengan Forum Korban Likuifaksi Petobo, pada Sabtu
(2/3/2019) pagi. Dalam pertemuan itu, panitia dan perwakilan Polda Sulteng
menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas kejadian itu.

“Kegiatannya kemarin, 1 Maret dan sudah selesai.
Saat kegiatan terjadi miskomunikasi dengan peserta. Dalan rute disebutkan hanya
melintas lewat Jalan Manggis terus ke Jalan Gawalise. Kami mohon maaf kepada
masyarakat atas kejadian itu,” kata Wadir Intelkam Polda Sulteng AKBP Soeliono
yang didampingi Wadir Wadir Binmas Polda Sulteng AKBP Sirajuddin Ramly dan AKBP
M Zamzami. 
***

Berita terkait