Masyarakat Proaktif Kawal Pemilu

  • Whatsapp
Reporter: Yohanes Clemens

SUKSESNYA Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden (Pilpres) dan Legislatif
(Pileg), yang akan dilaksanakan pada 17 April 2019 mendatang, bukan hanya
tanggung jawab penyelenggara pemilu, tetapi masyarakat juga harus proaktif
dalam mengawal jalannya Pemilu tersebut.


Hal itu disampaikan pengamat politik Dr Irwan Waris, saat ditemui Kaili Post,
Rabu (10/4/2019).

“Kita inikan sebagai masyarakat harus membantu negara, karena memberikan
tanggungjawab sepenuhnya kepada negara untuk menyukseskan pelaksanaan pemilu
saya pikir itu juga tidak bertanggungjawab,” terangnya.

“Jadi kita harus ikut melakukan
pengawasan, olehnya masyarakat harus memandang kegiatan Pemilu sebagai kegiatan
demokrasi yang gembira, sambil melakukan pengawasan  jalannya Pemilu
tersebut,” tambahnya.

Menurut Irwan, angka partisipasi masyarakat pada pelaksanaan pesta demokrasi
bisa meningkat, sebab, golput tidak selamanya kesalahan oleh pemerintah, tetapi
karena masyarakat yang tidak proaktif. 

Disamping itu, golput juga terkadang
terjadi karena sistem yang mengabaikan partisipasi masyarakat pada peseta
demokrasi, olehnya jika ada tindakan proaktif masyarakat, semua itu bisa
teratasi dengan cara melaporkannya kepada petugas-petugas penyelenggara Pemilu,
agar tetap mendapatkan hak untuk memilih pemimpin.

Dengan demikian lanjutnya, suara masyarakat dalam menentukan pilihan pada saat
pelaksanaan pesta demokrasi sangat menentukan nasib bangsa ini kedepannya.
Untuk itu, sudah saatnya masyarakat secara aktif memantau jalannya pesta
demokrasi, demi Indonesia yang maju dan bermartabat.


Namun, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai menjelang pelaksanaan Pemilu ini.
Salah satunya yaitu adanya politik uang, hal dapat diubah jika masyarakat cerdas
dan memiliki karakter yang kuat dalam menegakan jalannya demokrasi yang sejati
di Indonesia. Olehnya, masyarakat harus saling mengingatkan untuk menolak dan
melaporkan jika terjadi praktik politik uang disekitarnya.


Selain itu, suara masyarakat harus diberikan secara partisipasi bukan
mobilisasi. Sebab, praktik mobilasisi biasanya salah satu penyebabnya adalah
politik uang, sementara suara partisipatif adalah suara yang murni dari hati
nurani.

“Semoga Pemilu 2019 ini berjalan lancar, serta dapat menghasilkan
pemimpin-pemimpin yang amanah dan dapat membangun Indonesia menjadi lebih baik
kedepannya,” harap dosen Fisip Untad ini.**

Berita terkait