Tugu Nol Kilometer, Ikon Baru Kota Palu

  • Whatsapp
Tugu 0 Kilo Meter Kota Palu/Iksan M

Sumber: Humas Pemkot


TUGU Baru ‘nol
kilometer’
Kota Palu di Jalan Sultan Hasanuddin dan Jalan Jend Sudirman,
memiliki filosofi Sambulu Gana, di puncak tugu diletakkan mutiara besar.

Kata
sambulu gana atau dulang pembuka pembicaraan penting dalam ritual adat dalam
budaya Kaili, dimana sambulu gana merupakan bahan utama dalam proses ritual
adat di Tanah Kaili yang mempunyai makna yang sangat dalam, sambulu gana
terdiri Buah Pinang, Gambir, buah sirih, kapur sirih dan tembakau.

Ini Filosofinya
Menampilkan
filosofi sambulu gana dipandang perlu karena artinya dalam adat kuat sehingga
dibandingkan simbol adat di Tanah Kaili, sambulu gana sangat tepat berada di
titik nol ini, yang dimaksudkan dimana sebuah tugu yang berada di pusat Kota
Palu ini.

Tugu
ini memiliki tinggi 17 meter, yang mana angka 17 meter itu sendiri merupakan
tanggal Hari Kemerdekaan Indonesia dengan struktur berbentuk dulang yang
terbuat dari tembaga, serta dikelilingi kolam berbentuk segitiga mengikuti
sirkulasi kendaraan sekitar dan penambahan elemen air untuk menembah kesan
sejuk pada area tugu.

Bila
merinci filosofi yang terdapat dalam tugu nol kilometer ini ada empat yang
perlu diketahui masyarakat, kata Alfina yakni pondasi bawah terdapat dulang
raksasa dengan diameter 8 meter, yang merupakan tempat untuk menaruh makanan
saat kegiatan adat Kota Palu dan bermakna bahwasanya Kota Palu menyambut
masyarakat dari luar kota lain, kemudian struktur tiang utama yang terdapat 35 besi
penghubung mengambil filosofi jumlah propinsi yang ada di Indonesia, merupakan
kesatuan Indonesia sebagai tiang utama nusantara tanpa memandang suku,ras dan
agama.

Sedangkan
puncak tugu nol Kilometer terdapat mutiara yang melambangkan kota yang bercahaya
dari ketinggian dan terakhir empat pilar penyangga tiang utama yang filosofinya
mewakili UU 1945, Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka
Tunggal Ika, serta tidak lupa bahasa Kaili yang bertulisakan “Masintuvu Kita
Maroso” artinya bersama kita kuat dan “Morambanga Kita Marisi” artinya bersama
kita kokoh yang dapat dibaca dari arah timur ke barat.**

Berita terkait