Tradisi batik atau tenun Bomba merupakan salah satu kearifan lokal budaya tanah Kaili. Tradisi tersebut telah ada jauh sebelumnya. Dalam dialek bahasa lokalnya, Bomba berarti keterbukaan dan kebersamaan.
Dahulunya proses pembuatan tenun dan batik Bomba, menggunakan alat tradisional dari kayu. Dengan cara menenun benang ulat sutra, hingga menjadi kain. Kemudian dibatik menggunakan tinta yang berasal dari getah kayu. Menggunakan canting terbuat dari kayu.
Namun hingga saat ini, eksistensi batik Bomba belum terlalu dikenal di luar daerah. Berangkat dari hal itu, lima orang anggota DPRD Palu melalui kunjungan kerjanya ke DPRD kota Bekasi, Senin (14/10/2019) melakukan sosialisasi terkait hal tersebut.
Salah seorang anggota Komisi A DPRD Palu, Rusman Ramli kepada media ini melalui telepon selulernya mengaku bahwa kunjungan tersebut ditemui langsung oleh Evi Mafriningsianti dari fraksi PAN DPRD Bekasi.
“Mereka sangat mengapresiasi terhadap hal tersebut. Mereka juga menyampaiikan bahwa kota Bekasi juga memilik corak Batik sendiri,” ungkapnya.
Jika penggunaan batik Bomba dalam kewenangan Anleg DPRD Palu pada setiap kunjungan kerja ke luar daerah, reses disetujui oleh Panitia Khusus (Pansus) Menurut Anleg dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, kedepannya akan memiliki prospek yang baik bagi industri batik Bomba di kota Palu.
“Hal ini menjadi bentuk dukungan wakil rakyat terhadap industri batik Bomba kota Palu kedepanya,” jelasnya.
Study komperatif tersebut, merupakan kunjungan kerja dari gabungan beberapa Komisi anggota DPRD Palu. Diantaranya Wakil ketua II, Rizal Dg Sewang, Ketua Baperda Sucipto S Rumu dari Komisi C dan Ulfiani Komisi B. ***
Reporter: Firmansyah Lawawi