Palu,- Momen Hari Perkebunan ke-62, Kamis (19/12), di Kantor Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulteng terasa spesial bagi 3 kelompok tani (poktan) asal Kabupaten Sigi yaitu Sabarae, Tunas Muda dan Cahaya Kakao.
Pasalnya mereka menerima sertifikat organik yaitu SNI, EUZ dan UTZ sebagai pengakuan pasar atas produk kakao yang memenuhi standar nasional, Eropa maupun dunia.
“Sehingga dapat menjadi contoh dalam penerapan teknologinya serta memotivasi kelompok petani sekitar dan diharapkan secara langsung meningkatkan kesejahteraan,” harap Asisten Administrasi Umum, Hukum dan Organisasi H. Mulyono, SE.Ak, MM pada sambutan gubernur yang dibacakan olehnya.
Pada kegiatan yang dihadiri insan perkebunan dan stakeholder, Mulyono berharap supaya kakao jadi komoditi andalan pengungkit ekonomi desa lewat program pengembangan desa organik berbasis perkebunan.
Program sendiri sudah diterapkan di Desa Petimbe, Berdikari, Bahagia, Karunia dan Sintuvu, kelimanya berada di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi.
“Pada akhirnya akan menghasilkan produk perkebunan organik yang siap disertifikasi,” jelas asisten.
Dari data dinas perkebunan, luas areal komoditi kakao Sulteng yakni 285.783 Hektar atau 17,23% dari total luas areal kakao nasional.
Tahun 2018 lalu, tercatat produksi kakao mencapai 125.473 Ton, dan bersama komoditi lain di subsektor perkebunan berhasil menyumbang 39,71% dari 27,73% kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan bagi PDRB Sulteng.
Adapun PR bagi dinas perkebunan adalah memikirkan bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani kebun sebab NTP subsektor perkebunan baru 85,72 %
“Untuk perkebunan harus bisa lebih dari 100 supaya petaninya sejahtera,” pungkas Ia berharap.
Sementara Dirjen Perlindungan Perkebunan lewat Kasubdit Yudi Wahyudi, S.ST mengatakan sektor pertanian sukses menyumbang 34 % PDB Nasional selain migas bahkan menyedot sampai 22,6 juta tenaga kerja.
Sejalan dengan tema hari perkebunan, mengembalikan kejayaan kakao menuju kakao organik maka pihak pusat menargetkan peningkatan ekspor pertanian hingga 3 kali lipat dan produksi 2 kali lipat di 23 provinsi dan 75 kabupaten.
Kakao lanjutnya masuk dalam 7 komoditi andalan subsektor perkebunan selain kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala dan vanili untuk diintensifkan dalam kerangka Program Peningkatan Produksi, Nilai Tambah dan Daya Saing Perkebunan (Grasida).
Olehnya di kesempatan itu, pihak kementerian dan dinas provinsi membagi bibit unggul tujuh komoditas prioritas perkebunan untuk dibudidayakan di tiap kabupaten.
Juga diresmikan launching pogram kakao organik, talkshow mengembalikan kejayaan kakao dan penyerahan hasil penelitian uji adaptasi varietas tebu Sulteng dari peneliti Dr. Wiwit Budi Widyasari ke pemda Sulteng.
Nampak hadir, Kadis Perkebunan dan Peternakan Ir. Maia Malania Noor, M.Sc, Kadis.Tanaman Pangan dan Hortikultura Ir. Tri Iriani Lamakampali, MM dan Kepala BPS Sulteng Ir. Faizal Anwar, MT.***
Sumber: Ro Humas dan Protokol Setdaprov Sulteng