Palu,– Ini dia, bidan cantik yang mendedikasikan waktunya jadi perawat pasien Covid-19. Namanya Rirhy Ola Mengkido, bidan cantik yang berumur 27 tahun.
Mungkin, aga sedikit kaget ketika kalian mendengar ada seorang bidan yang mau jadi perawat. Terlepas dari kegiatannya sebagai seorang bidan Ia mau terjun langsung mendedikasikan sepenuh waktunya untuk merawat pasien Covid-19.
Dia, dengan alasan panggilan hatinya mau mendedikasikan tenaganya bakal merawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit (RS) Madani Palu.
Hal itu harus dilakukan, karena di rumah sakit tempatnya bekerja, tidak semua tenaga medis di sana yang berani siap terjun langsung. Akibatnya, atas imbauan Direktur rumah sakit dia harus menerima pekerjaan mulia itu, sekaligus menantang nyawanya demi menyelamatkan nyawa yang lain.
“Bukan suatu kebetulan, tapi ini adalah kesempatan kepercayaan Tuhan untuk saya ikut terlibat. Selama bisa jadi berkat terjun langsung jadi dampak bagi pasien Covid-19, kenapa tidak?, saya kira dengan semua ini, Tuhan punya maksud tujuan tersendiri untuk saya,” kata Ola saat diwawancarai media ini, Minggu (10/05).
Selain itu, menurut Ola, dirinya bersyukur bisa diberi kesempatan oleh pemimpin rumah sakit, untuk dirinya bisa bekerja melayani pasien Covid-19 dan terjun langsung menjadi bagian dari tim medis RSU Madani Palu.
“Awalnya saya tidak pernah sama sekali punya pikiran akan dipilih oleh dirut untuk ikut dengan tim Covid-19 dalam menangani pasien Covid-19. Tapi saya bersyukur, meskipun awalnya saya takut, tapi setelah beberapa hari ini ketakutan itu tidak ada lagi dan saya sudah benar-benar yakin ini adalah kesempatan untuk saya menjadi dampak bagi sesama saya khususnya pasien Covid-19,” kata Bidan yang akrab disapa Rirhy ini.
Sedangkan, sat ditanyai bagaiman rasa takutnya awal tahu kalau dia terpilih bakal ikut jadi bagain dati tim Covid-19? Ola menjawab, dia memang tidak pungkiri rasa takut pasti ada dan aga ragu, karena pemahamannya selama ini dari berita-berita tentang para tenaga medis yang gugur saat bertugas, menurutnya itu menakutkan, seakan kabar kejamnya virus corona menciutkan nyalinya.
“Tidak saya pungkiri sudah banyak berita tentang kabar teman-teman medis yang terpapar langsung virus corona. Saat bertugas dan tidak sedikit dari mereka kehilangan nyawa saat menjalankan tugas mulia ini. Tapi, ketakutan akan tetap ada dan tidak bisa saya hilangkan dan hanya bisa saya lawan, saya pikir tujuan saya bukan untuk mati, tapi demi alasan kemanusiaan,” pungkas wanita berdarah campuran Poso Napu itu.
Lebih jauh saat ditanyai bagaimana tanggapan keluarga, saat tahu dia akan terlibat dengan tim Covid-19? dia mengatakan, keluarganya mendukung dan tidak ada larangan, bahkan keluarganya hanya berpesan tetap hati-hati dan andalkan Tuhan.
“Pas keluarga tahu, saya tidak ada larangan sedikit pun, tapi mereka hanya katakan jika saya yakin dan mampu, yah jalani saja mungkin ini adalah bagian mu untuk terlibat melayani orang-orang yang membutuhkanmu. Dimasa pandemi ini, mereka hanya berpesan, tetap hati-hati dan selalu mengandalkan Tuhan,” ungkap Ola.
Selain modal keberanian melawan rasa takut, serta alat pelindung diri (APD) dan keyakinan penyertaan Tuhan, Ola katakan, ini adalah pengalaman yang tidak terduga dan akan dirinya kenang dan tak terlupakan meskipun stigma tentang Covid-19 seperti sekarang, begitu memprihatinkan karena terbatasnya edukasi tentang Covid-19.
“Intinya, menurut saya ini adalah kesempatan untuk saya melayani, mengemban hati mau terus memberi yang terbaik bagi orang-orang yang membutuhkan dampaknya,” tutupnya. ***
Reporter: Yohanes Clemens