(Menilik Pilgub Sulteng 2020)
Oleh : Cak Ando Wibisono
DALAM Sepekan ini – sebelum lebaran haji, orang menyebut Idul Adha, konstelasi politik di Sulawesi Tengah panas dingin. Sama dengan suhu Palu. Hujan dan panas tiba-tiba. Utamanya soal sesiapa yang bakal lolos dapat perahu dan B1 KWK untuk dibawa ke KPU mendaftar.
Rangkaian orang ‘pinter’ dan terpelajar saya temui baik sengaja dan tidak. Terakhir, anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar yang juga pimpinan Banggar dan anggota Komisi XI. H Muhidin Said. Begitu juga dengan sumber – sumber kridibel (dalam jurnalistik diupayakan sumber kridibel) PDI-P dan Gerindra Sulteng.
Kesimpulannya hanya satu. Semua masih berproses. Tergadang sudah bulat e besok lonjong lagi. Begitu seterusnya karena kadar komunikasi dengan semua pihak dibuka. Sehingga semua perkembangan mengalami perubahan setiap waktu. Ujar salah satu sumber saya.
Dari perkembangan tersebut, setidaknya ada kemungkinan kecenderungan ini terjadi. Pertama; kecenderungan dua calon akan berlaga. Kecenderungan kedua; tiga calon tarung; Dan Partai Golkar yang running. Begini penjelasannya.
Pertama; kecenderungan dua calon. Yaitu duet Rusdi Mastura – Makmun Amir diusung koalisi Nasdem, PKS, Hanura, PKB dan terakhir informasi Perindo (tapi belum ada bukti surat keputusan) dan bisa Partai Golkar mengusung. Calon kedua; Hidayat Lamakarate (HL) dan titik titik. Diusung Gerindra dan PDIP serta bisa Golkar.
Kecenderungan pertama mengapa duet Hidayat – Bartho masih ‘gamang’ soal Cawagub? Naga-naganya PDIP masih belum bulat untuk Bartholomeus Tandigala. PDIP ingin duet yang didukung menang. Variabelnya harus survei memuaskan.
Olehnya, sekarang ada alternatif meminang Pasha, Sigit Purnomo Said menjadi Cawagub HL. Tapi, orang – orang dekat Pasha mengaku bahwa Pasha masih ingin duet dengan Anwar Hafid.
Bila PDIP masih gamang dengan Cawagub HL siapa? Lantas apakah Partai Golkar yang sekiranya akan merapat ke HL tak minta Cawagub? Atau menyorong kadernya dengan taksasi jumlah tujuh kursi? Lagi – lagi di sini kecenderungan pertama alot dibahas. Walau tanpa Golkar, koalisi Gerindra – PDIP mulus ke KPU karena telah lebih sembilan kursi sebagai syarat mendaftar.
Kecenderungan kedua dengan tiga calon berlaga, yaitu nama Anwar Hafid – Pasha yang diusung Demokrat, PAN dan PPP ditambah Golkar. Mungkinkah? Pertanyaan ini dalam politik mudah dijawab. Karena di politik yang tidak mungkin bisa mungkin. Bahkan sebaliknya. Sisa siapa yang bisa meyakinkan satu sama lain.
Karena, tanpa Golkar, duet AH – SIP masih kurang dua kursi. Bila Perindo sudah ke Cudi – Makmun, maka harapan AH – Pasha hanya pada PDIP dan Golkar. Mengapa PDIP? Ya karena Pasha informasinya adalah kader atau telah ber KTA partai moncong putih dan dekat dengan Sekjen Hasto.
Informasi diperoleh bahwasanya, Pasha masih berupaya memperoleh tiket kursi PDIP untuk diusung. Dinamika inilah menurut sumber dari kalangan Pasha yang masih lonjong hingga kini kemana berlabuhnya partai besutan Megawati Soekarnoputri itu.
Bila nantinya, PDIP mengusung HL tanpa Pasha, maka harapan duet AH – SIP sisa ke partai Beringin rimbun. Nah, di sini siapa yang dapat meyakinkan Golkar? Bagaimana AH (kekuatannya) melobi?
Terus terang, saat ini yang masih belum jelas jumlah kursi mengusung yaitu duet HL – Bartho dan pasangan AH – SIP. Siapakah kelak akan gagal meyakinkan parpol PDIP dan Golkar, itulah yang tak akan menuju KPU mendaftar.
Bila tanpa Pasha atau Bartho, siapa yang memiliki kecenderungan akan diduetkan dengan HL? Akankah ada Cawagub droping? Apa droping? Mengapa, bisa jadi semua berkemungkinan dalam politik, demikian sumber saya di Gerindra dan PDIP.
Lantas siapa nama – nama Cawagub droping atau sebut saja yang masih mystery guest? Atau tamu misterius. Ini pun masih sangat sumir. Bertebangan informasi nama – nama yang sulit dipertanggungjawabkan bila disebut. Bisa dari kalangan artis, pemain film atau politisi nasional. Belum jelas.
Bagaimana dengan AH? Sekiranya dalam kondisi terakhir harus melepas ‘duet’ dengan vokalis Unggu band Pasha? Demikian juga Pasha, apakah pada saatnya nanti akan legowo pisah duet dengan AH? Sepertinya hingga kini, informasi menyebut keduanya masih solid dan mengaku chemistry. Entahlah Agustus depan.
Sesuai keterangan berbagai sumber di PDIP, Golkar dan Gerindra bahwa paling lambat sebelum 17 Agustus 2020 semua parpol akan mengeluarkan B1 KWK ke paslon – paslonnya, khususnya Paslon kepada sembilan provinsi yang akan ikut Pilkada 2020 serentak. Nah kita tunggu detik detik menuju ke sana. Sejatinya, pada proses politik itulah hal paling berharga di hajatan politik itu sendiri. ***