Oleh: Andono Wibisono
SEKIRA Tiga jam saya ‘beradu’ mulut dengan calon Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdi Mastura. Kenapa ‘beradu’ mulut? Bukan diskusi, atau wawancara saja eksklusif kan mudah bagi saya mengajak ke pojok warung kopi panggil kru Kaili TV dan ok ‘kamera action’
Kami bertemu kebetulan. Kak Cudi – sapaan akrabnya malah yang datang ke meja kami. Seketika, meja kami pun penuh. Depan saya Kak Cudi kiri kanan saya semua tokoh tokoh militannya. Ada Penggerak Millenial Rifaldi Patalau dan Anak Muda berpengaruh dan level nasional, Imam Safaad dan lainnya tak bisa saya sebut semua.
Beberapa bulan ini saya memang ingin bertemu dan diskusi dengan Cagub Nasdem, PKS dan parpol pengusung lain soal janjinya diungkap di setiap kesempatan. Yaitu akan ‘menaikkan anggaran fiskal daerah dengan kebijakan yang fundamental.
Saya penasaran. Fiskal daerah yang mana dimaksud? Apa faktor fiskal daerah yang dimaksud? Saya bahkan mahfum, ah namanya kampanye begitu sudah. Dimaklumi saja.
Tapi, rasa penasaran saya terus menagih. Semua memang butuh fiskal bicara ini itu. Mau bikin ini itu. Janji ini itu. Tanpa kemampuan fiskal daerah, kampanye dan janji politik jauh sangat outopis. Dasar inilah kemarin membuncah deras mencerca Cagub yang dikenal dialektistis itu.
Kata Cudi, banyak perusahaan dan investasi luar biasa besarnya di Sulteng. Tapi tak mempengaruhi fiskal Sulteng yang hanya se triliunan per tahun. Tiga kali lipatnya justru dibantu dari bagi hasil daerah, Rp3,2 atau Rp3,4 T saja.
Ia tak bermaksud menyalahkan pemimpin saat ini. Justru ia bangga. Di era Longki investasi banyak masuk. Ia berkewajiban menatanya kelak bila terpilih. ‘’Insya Allah saya berharap bisa melanjutkan untuk membangun Sulteng dengan cara menaikkan fiskal daerah. Agar ada modal membangun dan memberdayakan masyarakat,’’ ujarnya mulai menjelaskan ke saya.
Kami pun berdebat sengit. Tipikal kak Cudi memang suka didebat. Saya terus menguji orsinilitas gagasannya. Tak jarang saya membentak ‘orang orangnya’ untuk diam dan cukup beliau yang menjelaskan.
Depan Warkop mata memandang akan ada tambang emas besar Poboya. Legal dan ada sekitarnya tak legal. Di ujung Timur ada LNG Senoro. Bergeser ke Tenggara Sulteng ada IMIP, bahkan akan ada perusahaan di atas IMIP di Morut yang kabarnya namanya Bumanic. Di Buol ada Astra Sawit. Apa yang anda lakukan? Model apa yang akan anda letakkan begitu anda gubernur kak? Cudi pun mengeksplor pikiran dan gagasannya. Saya pun membatin, luar biasa.
Inti diskusi kami saya tutup dengan satu pertanyaan krusial, penting dan bila ini mampu dilakukan akan membuat puluhan media cetak, media online bahkan yang berchannel youtube akan bangkit.
Apa itu? Soal belanja iklan produk makanan dan minumam serta bahan kebutuhan pokok, otomotif dan lainnya.
Data menyebut, setiap tahunnya belanja iklan produk kosmetik, pangan, otomotif dan bahan kebutuhan lainnya 90 persen kuenya dinikmati media media nasional. Bahkan, 80 persen dikuasai media elektronik (televisi dan online) dan sisanya media cetak.
Ketimpangan ini banyak membuat media online milik orang – orang di daerah tak bisa menikmati kue iklan yang nilainya fantastik. Data dari Advertising Global Jakarta ke saya sekira ratusan triliunan rupiah. Walau sejak 2019 trendnya menurun.
Ini bukan hanya kesenjangan yang tak sengaja. Tapi ini monopoli kebijakan yang selama ini belum berani ‘media daerah dan pemimpin daerah’ bersatu mendobrak dominasi Jakarta. Padahal, dengan modal otonomi daerah dan market share atau pasar produk produk itu juga di daerah, maka penting perusahaan itu memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan salah satunya kue iklan ke daerah.
‘’Saya panggil semua distributor produk itu. Kita diskusikan. Logikanya sederhana. Produk anda jual di Sulteng, Anda harus ikut aturan di Sulteng. Sederhana kan. Apa yang anda lakukan? Semua produk anda limbahnya di daerah, jangan hanya CSR. Konsumen anda di daerah ya promosinya harus di daerah. Bukan promosi di Jakarta,’’ tegas Cudi serius.
Saya pun lega. Ini yang saya tunggu. Luar biasa komitmen Rusdi Mastura. Saya pun senang. Karena saya orangnya walau hanya dijanji, sudah senang. Apalagi janjinya direalisasikan kelak. Sehat selalu kak. Semoga cita cita komiu menembus langit dan Arsy Allah SWT. Aaamin ya robbal alamin. ***