Dosen Untad Dampingi Pengolahan Nira Aren Menjadi Gula Semut di Bakubakulu

  • Whatsapp

Sigi,- Tim Dosen Fakultas Kehutanan (Fahut) Universitas Tadulako (Untad) melalui Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) tahun 2020 melakukan kegiatan pendampingan pengolahan nira aren menjadi gula semut di Desa Bakubakulu Kabupaten Sigi.

Tim PPDM tersebut diketuai Abdul Hapid, S.Hut M.Sc, dan beranggotakan masing-masing, Dr. Ir. Hj. Wardah, M.FSc, Dr. Sudirman Dg Massiri, S.Hut, M.Si, dan Hamka, S.Hut, MP tersebut, mengajak masyarakat yang tinggal di kawasan penyangga Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) itu untuk lebih memanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai salah satu penopang perekonomian mereka.

“Keberadaan kawasan penyangga di taman nasional penting karena berhubungan dengan kehadiran masyarakat yang memiliki kepentingan terhadap taman nasional. Kepentingan masyarakat di kawasan TNLL sangat beragam. Tingkat ekonomi yang masih rendah ini mengakibatkan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan taman nasional masih sangat tinggi,” ujar Abdul Hapid kepada redaksi, Jum’at (23/10/2020) malam.

Sehingga hal tersebut, kata Abdul Hapid, mengakibatkan tekanan terhadap hutan. Oleh karena itu perlu usaha untuk mengurangi tekanan masyarakat terhadap kawasan taman nasional sehingga dapat menjaga kelestarian hutan.

“Bentuk usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan hasil hutan bukan kayu yang ada di sekitar kawasan taman nasional. Salah satu hasil hutan bukan kayu yang berpotensi dikembangkan adalah pohon aren,” lanjutnya.

Pengolahan Nira Aren Menjadi Gula Semut yang siap untuk diperjualbelikan/Foto: Narasumber

Dosen Untad itu melanjutkan, dipilihnya pohon aren karena tanaman ini multi guna dan dapat menghasilkan bahan industri yang sudah dikenal sejak dahulu kala. Hampir semua bagian tumbuhan ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Lebih jauh, Abdul Hapid menyampaikan, bahwa di Desa Bakubakulu sendiri memiliki potensi Aren yang tinggi dan tumbuh secara alami di lokasi agroforestri dan kawasan TNLL. Namun yang disayangkannya hingga saat ini belum ada penerapan teknologi budidaya aren.

“Sejak dahulu aren hanya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber pendapatan terutama gula cetak dari nira aren yang proses pengolahannya masih sangat tradisional yang diperoleh secara turun-temurun dan belum ada usaha untuk diversifikasi produk nira,” jelasnya.

Untuk meningkatkan nilai jual, lanjut dia, nira aren dapat diolah menjadi produk dalam bentuk gula cair, gula semut (palm sugar), asam cuka dan spritus yang bernilai ekonomi tinggi.

Gula semut merupakan gula merah versi bubuk yang diproses dengan cara lebih modern. Gula ini sering digunakan untuk membuat kue karena cita rasanya yang tidak terlalu manis, tapi memiliki aroma karamel yang kuat.

“Permintaan akan gula semut terus meningkat dari waktu ke waktu. Ini tidak lepas dari usaha para produsen gula semut yang terus melakukan pendidikan pasar. Untuk itu dalam program pengabdian masyarakat, kami membantu masyarakat di Bakubakulu untuk dapat meningkatkan potensi ini,” tutupnya.***

UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah membiayai kegiatan pengabdian ini melalui skim PPDM.

Berita terkait