Palu,- Tanggal 30 September merupakan hari yang penting sekaligus sejarah kelam bagi masyarakat Indonesia. Tepatnya 30 September 1965 atau 55 tahun yang lalu, terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI).
Sampai detik ini peristiwa tersebut masih menjadi pro dan kontra. Berbagai pendapat pun dilontarkan, baik itu versi pemerintah, versi korban, maupun versi masyarakat.
Setelah penculikan dan pembunuhan tujuh Jenderal di lubang buaya, tragedi kekerasan Hak Asasi Manusia (HAM) menjalar ke berbagai daerah salah satunya Sulawesi Tengah (Sulteng).
Sekjen SKP-HAM Nurlela Lamasitudju, menjelaskan bahwa tragedi ini terjadi di Sulteng setelah satu tahunnya Sulteng resmi menjadi sebagai provinsi.
“Jadi tragedi di Sulteng itu setelah 30 September 1965, tepatnya pada tanggal 12 Oktober 1965. Inilah awal mulanya para korban ditangkap di wilayah Sulawesi Tengah,” ujar Nurlela kepada kailipost.com, Rabu (30/09/2020) malam.
Dalam laporannya, Nurlela kemudian menjelaskan bahwa peristiwa yang terjadi di Jakarta (Pembunuhan tujuh jenderal) tidak diketahui oleh masyarakat di Sulteng.
“Kita harus membayangkan bagaimana masyarakat yang hidup pada tahun 1965. Jangankan televisi yang memiliki radio itu hanya orang tertentu saja,” pungkasnya.***3
Reporter: Zhein Fatur Ramadhan