Palu,- Bencana gempa bumi yang terjadi pada 28 September 2018 lalu, tidak hanya mengakibatkan rusaknya bangunan dan lumpuhnya ekonomi masyarakat, tapi juga merusak jaringan air bersih yang mengakibatkan warga kesulitan dalam mengakses air bersih baik untuk kebutuhan hidup maupun untuk mengairi sawah dan perkebunan warga.
PKBI JMK OXFAM yang sejak awal bencana, tepatnya pada Oktober 2018 sudah melakukan respon terhadap korban bencana Palu, Sigi dan Donggala (PASIGALA), telah berkomitmen untuk mendampingi para korban hingga mereka bisa bangkit dan menata kembali kehidupannya.
Dari sekian banyak program yang diluncurkan PKBI JMK OXFAM dalam membantu korban bencana di PASIGALA, salah satu yang cukup mendapat perhatian serius adalah pembangunan tujuh water system atau jaringan air bersih dari sumber air hingga ke pemukiman warga dan bisa dinikmati oleh warga di desanya.
Pembangunan 7 Jaringan Air Bersih itu dilkakukan di 7 diantaranya empat desa di Donggala yakni Desa Toaya, Desa Toaya Vunta, Desa Ape Maliko dan Lende Tovea. Sementara tiga desa lagi di Kabupaten Sigi yakni Desa Pandere, Desa Tuva dan Desa Langaleso.
Program Manager (PM) PKBI JMK OXFAM, Haris CH. Oematan mengatakan, kegiatan ini merupakan peningkatan akses infrastruktur air agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses air bersih yang layak dan baik untuk di konsumsi.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari outcam meningkatnya akses terhadap air bersih, sanitasi dan kebersihan,” ujarnya.
Dikatakan, kegiatan ini juga dilakukan melalui studi kelayakan secara sederhana dengan Methodology Participatory Assesment (MPA) yang di dalamnya menggunakan beberapa tools dari Participatory Rural Appraisal (Historical Line, FGD, Diagram Vennkelembagaan, Seasonal Calendar Musim). Serta Rapid Technical Assesmant teknis cepat (Demography, Rapid Topography dengan GPS, hitung debet air sederhana, Distribution Plan Water dan survey jaringan pipa terhadap infrastruktut air yang telah dibangun.
“Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini yakni ketersediaan sumber air baku yang layak dan baik (LAIK) konsumsi bagi masyarakat, meningkatnya akses yang setara khusus air bersih, sanitasi dan kebersihan serta adanya keterlibatan, kontribusi dan partisipasi aktif dari masyarakat dalam siklus program PIMES (Perencanaan, Monitoring Evaluasi Sistem) hingga serah terima ke masyarakat,” tandasnya.
Sementara itu, Officer PHE PKBI JMK OXFAM, Rizky Basuki menjelaskan, pembangunan tujuh water system di tujuh desa telah dikerjakan meliputi perbaikan pada sumber air, penggalian jalur pipa ke bak penampung, pembangunan bak penampung, serta jalur distribusi air ke tugu kran ditengah perkampungan warga.
“Sebelumnya, kami telah melakukan survei sumber air serta penentuan titik tangkapan air yang bagus. Kemudian menentukan jalur pipa bersama warga, menentukan lokasi bak penampung dan menentukan jalur pipa ke tugu kran yang nantinya akan dimanfaatkan warga secara umum,” terang Rizky Basuki.
Dikatakan, dalam tahap-tahap awal memang ada beberapa kendala, seperti penentuan alur pipa yang melewati kebun dan lahan warga, lokasi bak penampung yang tidak disetujui pemilik lahan, serta beberapa kendala teknis lainnya. Namun setelah dilakukan musyawarah bersama warga dan Pemerintah Desa (Pemdes), akhirnya semua kendala tersebut sudah teratasi.
“Saat ini, pembangunan tujuh water system itu sudah dalam proses pengerjaan dan kita targetkan pada November 2020 mendatang, semua pekerjaan sudah rampung 100 persen,” harapnya.
Lebih lanjut Rizki Basuki menjelaskan, setelah pembangunan tujuh water system itu selesai, maka pihak PKBI JMK OXFAM akan melakukan serah terima semua yang dibangun itu kepada pemerintah desa dan sekaligus bisa menadi asset desa, sehingga dalam pemeliharaannya sudah menjadi tanggung jawab pemerintah desa.
“Kita juga akan mendorong pemerintah desa bersama masyarakat untuk membuat Peraturan Desa (Perdes) terkait pemeliharaan tujuh water system itu, sehingga pasca diserahkan ke Pemdes, semua yang telah dibangun PKBI JMK OXFAM itu tetap terawat dan terus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat,” katanya.
PKBI JMK OXFAM lanjutnya, juga telah membentuk komite air disemua desa yang dibangun jaringan air bersihnya. Bahkan beberapa pengurus komite air telah diikutkan dalam Training Of Trainer (TOT) sekolah informal komite air. Dalam TOT itu, diajarkan teknik pemeliharaan dan menejerial agar jaringan air yang telah dibangun dapat bertahan lama dan terus dapat dimanfaatkan masyarakat.
“Kita juga telah memberikan edukasi dan peningkatan kapasitas terkait operasional dan pemeliharaan,” tandasnya. ***
Foto dan teks : Mahful (Medcom PKBI JMK OXFAM)