Dihantui Buaya, Nelayan Talise: Kita Lebih Takut Jika Tidak Memancing

  • Whatsapp

Palu,- Walaupun dihantui rasa takut dari terkaman buaya yang kerap menampakan diri diperairan teluk Palu namun tidak menyurutkan niat para nelayan di Kelurahan Talise, Kota Palu ini tetap berpergian mencari ikan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Meski marabahaya menunggu di perairan teluk Palu, apalah daya asap di dapur harus tetap mengepul. Begitulah ungkapan yang tepat terhadap ratusan nelayan di pesisir pantai Talise.

Berbekal perahu berukuran sedang bantuan Pemerintah dan swasta, para nelayan itu tetap menjalankan aktivitas memancing. Sebab rasa takut akan kelaparan melebihi rasa takut dari bahaya terkaman buaya.

“Kita nelayan disini Justru lebih takut lagi kalau tidak memancing. Kalau untuk kita nelayan akan terus memancing tetapi Waspada. Jangan sampai ada lagi yang jadi korban buaya para nelayan,” ungkap Arham (51) salah satu Nelayan di Kelurahan Talise.

Agar tidak dihantui kewaspadaan berkepanjangan, Arham berharap Pemerintah Daerah (Pemda) melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melakukan evakuasi buaya dan dikarantina suatu wilayah yang jauh dari pemukiman warga. Ini juga demi mencegah habitatnya terus bertambah setiap tahun.

“Kalau Buayanya sudah terlalu banyak habitat, apalagi di mana tempat aktivitas nelayan di situ juga ada buayanya, pasti ini akan mempengaruhi sikologis dan membahayakan nelayan,” ungkapnya.

Selain itu, ia berharap di area pantai titik kumpul perahu agar dipasang lampu penerang demi keamanan dari serangan buaya pada para nelayan yang hendak pergi ataupun yang baru tiba dari memancing saat waktu malam hari.

Terlepas persoalan buaya, Arham bercerita terkait fasilitas Nelayan. Dari 137 Nelayan di Kelurahan Talise, baru sekitar 9 orang yang tersentuh bantuan berupa perahu, mesin dan bahan bakar baik dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) maupun Dinas Kelautan dan Perikanan pemerintah setempat. Meskipun begitu, ia mengaku ada bantuan lain sudah diserahkan kepada sebagian nelayan, diantaranya bantuan dana berjumlah Rp. 2,4 juta per Kepala Keluarga (KK).

Dari sisi dampak bencana, Arham mengaku pandemi Covid-19 tidak berpengaruh terhadap nilai jual hasil tangkapan nelayan, baik harga ataupun persentasi pembeli. Hal ini dikarenakan ikan tangkapan nelayan sebagian besar langsung dijual kepada konsumen tanpa harus lagi dibawah ke pasar.

“Untuk harga beli ikan pun pasca bencana non alam iini tidak terlalu berpengaruh pada harga jual ikan, karena memang kita langsung ke konsumen yaitu warga Kelurahan Talise. Baik warga yang datang langsung ke Pantai, atau para kerabat/keluarga Nelayan yang memang sudah memesan lebih dulu,” jelas Arham.***

Reporter: Supardi

Berita terkait