Dua Tahun Pascabencana, Ekonomi Nelayan Penyintas di Sirenja Mulai Bangkit

  • Whatsapp

Donggala,- Sebanyak 130 Nelayan di Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala yang merupakan korban bencana 28 September 2018 lalu telah mendapat bantuan Perahu dan mesin dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA). Kini perekenomian Nelayan tersebut mulai bangkit.

Pasca bencana gempa dan tsunami menghantam pemukiman Warga Tompe, mengakibatkan ratusan Kepala Keluarga (KK) harus kehilangan rumah, dan tempat usaha yang menjadi sumber penghidupan mereka sehari-hari. Nasib sama pun dirasakan para Nelayan, pasalnya seluruh alat pancing ikut terporandakan. Terpaksa harus menunggu waktu cukup lama untuk bisa kembali menjalankan aktivitas menangkap ikan.

Seperti diungkap Aswad (52), setelah tsunami terjadi, dirinya harus terhenti melaut hampir se-tahun akibat kehilangan perahu dan alat tangkap ikan lainnya. Namun, tepat pada November 2019 hadir bantuan Perahu dilengkapi mesin oleh KIARA, menjadi awal kebangkitan sumber pendapatan ekonomi hasil tangkapan Nelayan.

“Setelah tsunami itu kita tidak lagi memancing  kurang lebih 1 tahun karena alat tidak ada. Bantuan ini datang November 2019. Hasil dari ini (tangkapan ikan) untuk pembiayaan hidup keluarga, termasuk untuk biayai anak Sekolah. Alhamdulillah juga hasil dari ini sudah bisa beli kulkas,” ungkap Aswad,   saat kunjungan KIARA bersama Awak Media, Minggu (20/12/2020).

Tampak Perahu Nelayan Penyintas di Sirenja bantuan dari KIARA sedang ditambatkan/Foto: Supardi

Hal senada juga diungkap, Ilham yang mengaku, sangat merasakan manfaat hasil bantuan Perahu dan mesin. Setelah kian lama terhenti dari aktivitas nelayan, akhirnya bisa kembali mengais rezeki dari memancing ikan seperti biasa. Setidaknya, bisa menopang biaya kebutuhan hidup keluarga.

“Aktivitas untuk memancing nelayan sudah kembali normal juga. Alhamdulillah dari hasil  ini kita sudah mulai bangun usaha sendiri juga,” jelas Ilham.

Meski demikian, para Nelayan setempat mengaku, ada perubahan waktu turun memancing. Jika sebelum bencana, tepat pada pukul 05.00 Wita (pagi) sudah turun, sebab kala itu jarak dari rumah yang kurang lebih 100 meter dari tempat bantaran perahu. Namun, kini terjadi keterlambatan waktu akibat jarak tempuh cukup jauh menuju pesisir pantai.***

Reporter: Supardi

Berita terkait