Diminta Kosongkan Huntara, Penyintas Terpaksa Angkut Barang Pindah ke Kos-kosan

  • Whatsapp
Foto: kailipost.com

Palu,- Meskipun sudah dua tahun pasca bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Kota Palu tak sepenuhnya menghilangkan penderitaan para penyintas. Terkesan peran rehabilitasi dan rekonstruksi di Kota Palu tidak memberikan dampak berarti bagi warga yang hingga kini masih mendiami Hunian Sementara (Huntara).

Hal ini terlihat kondisi berat yang menimpah belasan Kepala Keluarga (KK) penyintas tinggal di Huntara bertempat di Jalan Lagarutu Perintis, Kelurahan Poboya, Kota Palu. Pasalnya, dalam hitungan hari mereka sudah harus mengosongkan barang untuk pindah mencari tempat tinggal lain, karena alasan waktu huni berlaku selama dua tahun berdasarkan perjanjian antara Penyintas dan Pemerintah Kota (Pemkot) Palu sudah habis.

Keadaan terdesak itu membuat keluarga dari pasangan suami istri antara Irwansyah (26) dan Aisyah (24) ini terpaksa mengangkut semua barang di Huntaranya pindah ke Kos-kosan di Panglima Polem, Kelurahan Besusu Barat, Kota Palu.

Penyintas di Huntara Poboya terpaksa pindah ke Kos-kosan setelah diberi waktu tiga hari untuk kosongkan Huntara/Foto: Supardi

Meskipun masih dalam suasan duka setelah 40 hari meninggalnya Mertua, namun siang tadi, Selasa (12/01/2021), Aisyah tetap terpaksa mengangkut semua barangnya dengan menggunakan Mobil pick up berwarna hitam yang merupakan jasa pengangkut barang.

Aisyah ibu dari dua anak yang masih balita ini terpaksa harus menambah beban baru pembiayaan untuk tempat tinggal demi melangsungkan hidup bersama keluarga kecilnya. Kini setiap bulan, dirinya harus membayar Rp400 ribu khusus hanya untuk sewa Kos. Ia mengaku, pembayaran bulan pertama Kos adalah sisa bantuan Penerima Keluarga Harapan (PKH).

“Darimana nanti uang bayar Kos ini kami belum tau juga. Karena biar bagaimana juga kalau kita didesak harus pindah begini ya harus pindah juga dengan cara bagaimanapun,” kata Aisyah.***

Reporter: Supardi

Berita terkait