Pasca Gempa Sulbar, UMKM di Pantai Talise Kembali Diselimuti Waspada

  • Whatsapp
Cafe seputaran pantai Talise Palu @Kailipostcom/Windy Kartika
banner 728x90

Palu,- Pasca bencana gempa berkekuatan Magnitudo (M) 6,2 mengguncang dua Kabupaten yakni Majene dan Mamuju di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) mengakibatkan sejumlah bangunan gedung dan rumah warga rusak. Bahkan tak sedikit bangunan rata tanah.

Seperti diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Pusat Gempa Bumi pusat melalui Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami, Daryono, menyebut wilayah Sulawesi Barat (Sulbar) telah diguncang gempa bumi yang tercatat sebanyak 37 kali selama 14-17 Januari 2021 yang terkuat terjadi dengan M 6,2. Akibatnya, tak sedikit warga ikut tertimbun reruntuhan bangunan hingga mengakibatkan luka-luka dan meninggal dunia.

Gempa beruntun menimpa Sulbar, ternyata tidak hanya memicu rasa takut bagi masyarakat di wilayah itu. Warga Kota Palu sebagai daerah pernah mengalami guncangan Gempa M 7,4 diikuti gelombang tsunami menghantam wilayah pantai perkotaan ini pun kembali merasakan takut trauma bencana, khusunya para pedangan UMKM di sepadan pantai Talise Kota Palu. Diketahui, pantai Talise salah satu wilayah terparah dari terjangan tsunami 28 September 2018 lalu.

Seperti diungkap ibu Iyeny seorang pedagang Es Kelapa Muda bertempat di sekitar anjungan pantai Talise. Ia mengaku, paska bencana menimpa Sulbar seakan mengingatkan kembali tragedi bencana Palu.

Sehingga, selaku warga yang masih merasakan trauma bencana, kini harus kembali menjalankan aktivitas berjualan yang diselimuti rasa kewaspadaan.

Mekipun begitu, Ibu dari sembilan anak ini memutuskan tetap berdagang dengan terus memperhatikan kondisi alam. Sebagai bentuk kewaspadaan, dirinya membatasi anak-anaknya ikut berada di tempat penjualan.

Ibu Iyeny mengaku, hingga kini masih merasa trauma paska kejadian bencana dua tahu lalu. Pasalnya, satu anaknya ikut menjadi korban tsunami, sehingga kini tersisa delapan kaka beradik.

“Rasa takut ada. Tapi kita tidak berhenti berjualan, hanya kembali waspada. Seperti tadi ada angin kencang kita lari tinggalkan tempat jualan. Biasanya anak-anak kalau sudah habis mandi kemari semua, tapi ini tidak lagi saya batasi sudah,” ungkap Iyeny, Minggu (17/01/2021).

Tak hanya rasa takut, ternyata bencana gempa di Sulbar turut berpengaruh pada menurunnya jumlah pembeli. Dua hari terakhir, diakuinya tempat jualan sepi pengunjung meskipun tidak signifikan.

“Dua hari terakhir ini paling tinggi dapat Rp. 100 ribu per hari. Dari hari-hari sebelumnya capai Rp. 200 an ribu lebih,” sebutnya.

Hal senada pun diungkap pemilik Caffe Cillabong bertempat taman ria pantai Talise Palu. Ia mengaku, kembali di bayang-bayangi rasa takut setelah mendengar berita terjadi Gempa berkekuatan cukup besar di Sulbar.

Sama seperti Iyeny, Ibu empat anak ini tetap memilih tidak berhenti membuka Caffe untuk melayani pembeli meskipun ditengah kondisi penuh rasa kewaspadaan. Apalagi, akhir-akhir ini kondisi cuaca di Kota Palu kurang baik, kerap terjadi angin kencang. Kondisi ini turut berdampak pada menurunnya jumlah pengunjung.

“Kita hanya waspada saja. Seperti tadi ada angin kencang gerobak saya sampai jatuh. Iya berpengaruh (pembeli, dua hari kemarin pembeli sepi. Sebelumnya, malam-malam biasa bisa meraup jutaan Rupiah, tetapi dua hari ini menurun,” jelas Ibu Cece.

Berdasarkan pantauan Kailipost.com, Minggu (17/01/2021) sekitar pukul 15.30 WITA tampak kondisi di sejumlah tempat penjualan area taman Ria pantai Talise ini sepi dari pengunjung. Terlihat, kursi-kursi yang tersedia di setiap warung nyaris tak ada ditempati pembeli yang biasa di waktu serupa sudah mulai banyak kenderaan baik roda dua maupun roda empat milik pengunjung/pembeli terparkir di area jualan tersebut.***

Reporter: Supardi

Berita terkait