PALU,- Cuaca buruk yang terjadi beberapa pekan terakhir di Kota Palu telah membuat para nelayan harus menelan kepedihan akibat kapal mereka yang rusak akibat diterjang oleh ombak.
Menurut Ketua Rukun Nelayan Talise, Arham, semenjak adanya pembangunan Tanggul di sepanjang Teluk Palu, para nelayan Talise mengalami kesulitan dalam menyimpan perahu-perahu milik mereka karena tidak ada ketersediaan tempat.
“Kapal nelayan sudah banyak yang tenggelam, rusak juga banyak. Itu di akibatkan karena tidak ada penangkal ombak yang berhadapan dengan perahu nelayan,” kata Arham saat ditemui kailipost.com di Pantai Talise, Rabu (24/02/2021).
Hal itu ungkapnya sudah terjadi sejak 2 tahun pasca gempa dan tsunami. Akibat hal itu nelayan harus mengeluarkan biaya extra untuk memperbaiki kapal-kapal yang rusak akibat terjangan ombak. Bahkan biaya yang dihabiskan untuk memperbaiki kapal yang rusak mencapai Rp2 juta.
Kemudian, ia melanjutkan, meski di tengah cuaca buruk seperti saat ini, nelayan Talise tetap memilih untuk melaut mencari ikan.
“Sebenarnya mau hujan atau badai itu tidak jadi persoalan karena inikan hanya teluk jadi ketika badai atau ombak besar kita bisa langsung naik. Kecuali kalau kita melaut sampai jarak 40 mil itu belum bisa karena cuaca buruk. Tapi kalau cuman yang masih jarak 12 itu tetap melaut, rata-rata kita melautnya memang cuman 12 mil saja,” ungkapnya.
Namun, kendalanya justru saat Perahu sampai di pesisir pantai, karena tak memiliki tambatan untuk didaratkan, terjangan ombak langsung menghujam perahu. Arham mengungkapkan, setidaknya kini ada 7 perahu nelayan Talise yang hancur dan 1 hilang karena ombak besar.
“Perahu kita 7 yang hancur dan 1 yang hilang karena memang ombak besar. Karena di Talise tidak ada tambatan perahu, sehingga saat ombak besar datang perahu-perahu kita jadi sasaran,” ungkapnya.***
Reporter: Windy Kartika