Palu – Smart Village. Atau desa cerdas. Mengapa mesti desa dicerdaskan? Apa yang subtansi dari desa untuk kepentingan pembangunan? Desa adalah segalanya. Bahkan ukuran kesejahteraan harus disandarkan pada kemandirian desa sebagai komunitas masyarakat terkecil di pemerintahan. ‘’Desa cerdas adalah potret pemerintahan di atasnya lebih baik, baik pelayanan pembangunan dan pemerintahan,’’ kata Gubernur Rusdy Mastura ke pemimpin redaksi dan manager IT kailipost.com Kamis 8 Juli 2021 di ruangan gubernur.
Smart Village di Sulteng targetnya tercapai 2000 desa. Goalnya adalah kemudahan warga desa memiliki akses informasi dan komunikasi secara mudah. Dengan kemudahan akses tersebut akan mendorong peningkatan pendapatan di desa, pendidikan di desa, pengetahuan di desa dan perubahan lebih baik di desa menuju era 4.0 desa.
‘’Kalau akses informasi baik, pendidikan dengan model daring juga mudah, informasi tentang pengembangan potensi desa dari desa lain makin lancar tentu akan berdampak pada perubahan desa di masa 4.0 kan? Tentu ada akses negatif itu yang akan ditekan oleh tokoh tokoh di desa,’’ terang Gubernur Cudy.
Smart Village tidak mahal, tandasnya. Ia pun sudah menjajaki hal ini dengan Kemendes RI. Setidaknya akhir tahun 2021 sudah akan berjalan. ‘’Kita murni akan kerjasama dengan Kemendes RI. Kita minimalisir APBD ya. Tidak mahal. Tiap desa hanya difasilitasi perangkat IT dan sumber daya manusianya,’’ terang gubernur.
Cudy juga berharap media dengan kecepatan tehnologi informasi ke depan dapat menjadi poros gerak cepat Visi Misi pemerintahan Provinsi Sulawesi Tengah.
Sesuai wikipedia tahun 2020, bahwa Sulawesi Tengah adalah terdiri dari 12 kabupaten, 1 kota madya, 175 kecamatan, 175 kelurahan dan 1.842 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 2.879.702 jiwa dengan total luas wilayah 61.841,29 km². ***
jurnalis kailipost.com : andono wibisono