Jual Beli Lapak di Luar Pasar Inpres, Siapa Pelakunya

  • Whatsapp
Lapak jl Cempedak yang disewakan 1,8 juta per bulan ke padagang terlihat sepi pasca penertiban Senin (4/10/2021)/Foto: ikhsan madjido

PALU – “Aduh, so te bisa ta buka pintu pagar. Ada ba bongkar muat lagi di depan rumah. Sampai kapan begini kasiaaan,”

Keluhan salah satu warga Boyaoge Kecamatan Tatanga kerap dilontarkan saat ada aktivitas menurunkan barang dagangan berupa sayur-sayuran di sepanjang jalan Cempedak yang berdekatan dengan Pasar Inpres Manonda Palu.

Pemandangan aktivitas pedagang mencapai puncaknya pada fajar Shubuh sampai pukul 7 pagi dan sore hari dari pukul 6 sampai 8 malam.

Aktivitas ini sudah berlangsung berbulan-bulan walaupun sudah sering dilakukan penertiban.

“Kalo ada petugas, ya sepi. Petugas pergi, mulai lagi rame,” kata warga yang tak mau disebut namanya.

Pedagang yang berjualan di lapak sepanjang jalan Cempedak itu pun membuat lingkungan sekitar terlihat kumuh akibat sampah sayuran yang tidak dibuang pada tempatnya.

Disamping dan di depan rumah warga Boyaoge itu telah didirikan sekitar 13 lapak permanen dan 6 lapak non permanen. Bukan hanya itu, hampir di sepanjang Cempedak telah dibangun lapak.

Banyaknya lapak ini membuat nyaman pedagang maupun pembeli karena tidak perlu lagi masuk ke dalam pasar Inpres.

Namun, keberadaan pasar ilegal tersebut membuat kemacetan sepanjang jalan Cempedak dan ketidaknyamanan pemilik rumah tempat aktivitas bongkar muat barang dagangan.

Salah satu pedagang mengaku nyaman berjualan di emperan lapak Cempedak karena tempatnya luas, meskipun sewa lapaknya lebih mahal di dalam Pasar Inpres.

“Di pasar Inpres lapaknya hanya 2×2. Sempitlah. Dibanding di sini 3×5 meter. Kami sewa sama RT di sini Rp1,5 juta per bulan,” kata pedagang dari pantai barat Donggala ini.

Menurutnya, RT setempat yang membangun lapak dan disewakan Rp1,8 juta untuk lapak permanen dan non permanen Rp1,5 juta.

“Saya sudah bayar sewa untuk 3 bulan ke depan. Mau diapa?, hari ini ada penertiban. Dilarang sudah kami berjualan di sini. Kami diminta masuk ke dalam pasar Inpres,” ujarnya sambil mengisi jualannya ke dalam karung.

Untuk kesekian kalinya Pemerintah Kota Palu, Senin (4/10/2021) kembali menertibkan puluhan lapak di jalan Cempedak Kelurahan Boyaoge dan Kamonji.

Seratusan petugas Satpol PP diback aparat kepolisian dan TNI mendatangi pedagang untuk pindah ke Inpres.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Palu Ajenkris mengatakan penertiban pedagang di Cempedak terkait program pemkot 2023 Kota Palu Menuju Adipura.

Penilaian penting meraih adipura, katanya, adalah ketertiban pasar.

Diungkapkan, adanya aktivitas jual beli di jalan Cempedak memunculkan pasar baru yang bukan peruntukannya.

Padahal pasar sebenarnya adalah di sekitaran inpres.

“Yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kota. Kita tertibkan,” kata Ajenkris saat memantau penertiban bersama Kasatpol PP dan Camat Palu Barat.

Diakuinya ada kendala di lapangan terkait sudah seringnya penertiban tersebut karena masyarakat tidak memperoleh informasi yang jelas.

“Tapi Alhamdulillah setelah kita sosialisasi, mereka bisa pahami,” ujarnya.

Pasca penertiban, lanjutnya, pemkot akan menempatkan petugas selama tiga bulan di lokasi memastikan tetap tertibnya kawasan tersebut.

“Kalo selesai penertiban tidak dijaga, ya akan berulang lagi,” tukasnya.

Sementara itu, Lurah Boyaoge Mansyur M Nur mengakui ada bawahannya yang melakukan praktek jual beli lapak di ujung jalan Cempedak pertigaan jalan SIS Al Djufri.

“RT sekitar situ yang bangun dan menyewakan ke pedagang. Ada indikasi dengan sepengetahuan lurah sebelumnya. Tidak mungkin lah mereka berani bangun dan sewakan kalau tidak ada lampu ijo dari pemerintah setempat,” aku Mansyur yang belum sebulan menjabat Lurah Boyaoge itu.

“Saya dengar info sewa lapak Rp1,5-1,8 juta, ada sebesar Rp300 ribu per lapak masuk ke kelurahan. Tapi itu hanya dugaan, karena saya tidak lihat tanda terimanya,” tambahnya.

Kami sudah sampaikan ke RT, tutur Mansyur, untuk membongkar lapak yang tak ber IMB tersebut.

“Kalau tidak, masyarakat yang akan membongkar,” tegasnya.

Nasikurumo nipakatertib mo Cempedak hi (syukurlah sudah ditertibkan Cempedak ini). Nandasa (siksa) kita le, sering ba ribut terus dengan dorang karena dikase taw jangan ba pele pagar. Cuma dorang juga yang na diii (marah-marah).Ujar warga Boyaoge salah satu pemilik rumah di jalan Cempedak sambil menyiram tanaman anggur dalam potnya.

laporan jurnalis kaili post: ikhsan madjido

Berita terkait