SULTENG – Momentum 77 tahun kemerdekaan negara Republik Indonesia, 17 Agustus 2022 dirayakan dengan sederhana oleh partai politik Persatuan Indonesia, Perindo. Ada dua macam lomba yang dilaksanakan secara virtual, online menggunakan aplikasi zoom.
Lomba pertama, menghiasi tumpeng kemudian menyanyi lagu daerah. Dari dua rangkaian kegiatan tersebut di atas, DPW Partai Perindo Sulteng mengikuti lomba menghias tumpeng. Dari 34 DPW Partai Perindo se Indonesia menyajikan satu persatu hasil karyanya.
Tentu unik, karena tiga juri Nasional akan menilai bentuk hiasan tumpeng dengan segala kreatifitas yang sejalan dengan tema kemerdekaan. Uniknya lomba menghias tumpeng ini tidak bisa menilai cita rasa, sebab jurinya ada di Jakarta.
Sebagai Peserta Nomor urut 15, DPW Sulteng menampilkan hasil yang unik. Karena tumpeng yang pada umumnya menjulang layaknya piramida, justru tidak dibuat. Malah hasil karyanya tumpeng dibuat rata, dengan warna merah dan putih. Hal ini sebagaimana penyampaian PIC lomba, Nur’ana, yang juga ketua DPW Kartini Perindo Sulteng. “Konsep tumpeng ini sengaja dibuat datar dengan dua warna, merah dan putih. Merah dari nasi goreng, dan putih nasi biasa, lalu di atasnya dituliskan dari ikan suir membuat peta sulawesi dan tulisan DPW Sulteng”. Untuk team menghias tumpeng ini ibu Ketua kartini perindo sulteng dibantu dua orang pengurus yakni, Sunarsi, wakil ketua Bidang perempuan dan anak serta, Vany, wakil Bendahara.
Durasi waktu yang diberikan oleh juri untuk mrnghias tumpeng ini 45 menit untuk 34 DPW Perindo se Indonesia.
Dalam rangkaian yang sama, Partai Perindo Sulteng, pengurus DPD Kota Palu membersamai Ketua OKK DPP, Yusuf Lakaseng ketika hadir di acara panjat pinang yang dilaksanakan KOKAD, yang dipimpin Bang Jhon Deker, di Hunian Sementara, Hutan Kota Palu.
Sebagaimana sambutan Ketua OKK DPP Partai Perindo dihadapan penyintas Hutan Kota Sore tadi. ‘’Saya merayakan hari kemerdekaan bersama warga dengan beragam kegiatan lomba. Mereka adalah penyintas bencana gempa 2018 yg belum mendapatkan hunian tetap seperti yg dijanjikan oleh pemerintah. Wahai kalian yg sedang menjabat Wali Kota, Gubernur, Mentri dan Presiden tolong beri hak mereka, dosa besar membiarkan mereka dalam penderitaan di gubuk huntara yg dibakar oleh panas matahari yg terik setiap harinya. Nampak benar dari wajah mereka yg lusuh kalau mereka belum menikmati kemerdekaan. Memang musuh kita bukan lagi penjajah tapi kemiskinan,’’ ungkap Lakaseng.
Lebih lanjut YL mengungkapkan “Selain itu Hutan Kota suasananya suda menjadi seperti lokasi proyek yg mangkrak, padahal sesungguhnya jika dibangun tuntas Hutan Kota akan jadi destinasi wisata, ruang kreatifitas anak muda dan tempat pertumbuhan UKM Kota Palu. Hari ini saya melihat bukannya UKM yg tumbuh malah rerumputan yg tumbuh liar di trotoar. Saya tanya pada warga disana, ternyata Hutan Kota terbengkalai semenjak terjadi peralihan pemerintahan Kota dari Pak Hidayat ke Pak Hadi. Sayang sekali tidak terjadi kesinambungan pembangunan karena ketidak dewasaan para pemimpin, rivalitas politik lagi-lagi mengorbankan pembangunan dan rakyat.***
editor/sumber : kiky/rilis perindo