Palu– Staf Khusus Menteri Pertanian Yesiah Ery Tamalagi mengatakan ketersediaan bahan makanan merupakan hal yang sangat penting. Kebutuhan pangan harus terpenuhi sebagai pemenuhan gizi dan nutrisi masyarakat. Sehingga masyarakat bisa hidup sehat dan dapat beraktivitas.
Jika tidak ada pangan masyakat tidak dapat hidup sehat dan tidak bisa beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat tidak bisa hidup dengan layak dan negara tidak bisa berkembang.
“Itulah kenapa pangan sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat dan negara. Hal itu selalu disampaikan pak Menteri Syahrul Yasin Limpo saat Ia berkunjung ke daerah-daerah di Indonesia,” kata Erick saat menghadiri panen jagung varietas jakarin di Desa Sidondo, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulteng, Rabu, (10/8/2022).
Saat ini, kata dia, dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan mulai terasa. Beberapa negara yang dulunya superior sekarang “tengkurap”. Sebagai contoh Amerika, sebelumnya, tidak pernah mengalami inflasi diatas 1 persen. Tetapi hari ini Amerika mengalami inflasi sebesar 9,6 persen.
“Lalu Indonesia bagaimana? Indonesia sekarang inflasinya 4,6 persen. Ini bisa terjadi kenapa? Karena, kalau pangan kita kuat, negara akan tetap kuat. Pertanian itu tidak bisa kerja sendiri. Pertanian itu ada di tempat seperti ini, tempat kita panen jagung hari ini. Bukan di gedung yang menjulang tinggi yang ada di perkotaan. Tetapi, pertanian itu ada di sawah, di kebun dan di ladang,” ujarnya.
Berdaulat pangan berdampak besar dalam meminimalisir krisis pangan di masa mendatang. Sehingga motivasi masyarakat untuk menciptakan lahannya sendiri tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga pada kemaslahatan Indonesia.
“Untuk itu, perlunya kerja sama antara semua pihak untuk memperkuat pertanian di Indonesia dan yang harus kita lakukan saat ini adalah bagaimana kita dapat memanfaatkan momentum yang disediakan oleh alam, menanam dan terus menanam untuk anak cucu kita,” ucapnya.
Inovasi BPTP Sulteng Siapkan Benih Unggul
Mendukung salah satu program Kementan untuk memperkuat ketersediaan pangan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah (Sulteng) hari ini, Rabu, (10/8/2022), memanen jagung yang disiapkan untuk bibit unggul di Desa Sidondo.
“Panen jagung hari ini merupakan wujud dari salah satu program Kementan untuk menyiapkan benih unggul bagi masyarakat,” kata Kepala BPTP Balitbangtan Sulteng Abdul Wahab usai panen jagung bersama.
Khusus komoditas jagung disini, lanjut dia, BPTP menyiapkan benih jagung varietas Jakarin. Luas lahan yang ditanami seluas tiga hektar. Targetnya dari tiga hektar ini menghasilkan sekitar enam ton,” ungkapnya.
Dengan benih enam ton ini, kata dia, nantinya bisa menjangkau sekitar 300 hektar untuk penangkar. Penangkar nanti akan memperbanyak lalu disebarkan ke masyarakat.
“Kalau sudah sampai ke masyarakat, satu ton ini nantinya bisa menjangkau sekitar 50 hektar. Sedangkan hasil per hektar ini menghasilkan maksimal dua ton untuk benih, tapi kalau pola konsumsinya itu bisa sampai 8-9 ton,” jelasnya.
Sementara itu, Asri salah seorang petani di Sigi yang juga ikut hadir pada kegiatan panen jagung varietas tersebut mengungkapkan rasa syukurnya karena banyak bibit unggul yang disiapkan.
“Kami sangat membutuhkan pasokan benih unggul. Dengan adanya hasil panen bibit unggul disini akan mempermudah kami untuk mendapatkannya,” ucapnya.
Dihadapan sejumlah pejabat yang hadir di acara tersebut, Asri menyampaikan keluhannya terkait harga jagung yang anjlok. Saat ini, kata dia, harga jagung dari petani berada di angka Rp3000 per kilogram.
“Harga jagung turun. Sebelumnya masih di angka Rp 5000 per kilogram, sekarang Rp. 3000. Dengan harga demikian keuntungan kami sangat kecil. Kami berharap harganya bisa mencapai Rp5000 per kilogram. Itu sudah lumayan untuk kami bisa mendapatkan keuntungan,” ujarnya.
Kemudian, yang paling penting lagi, lanjut dia, petani di Sigi membutuhkan pupuk hama.
Butuh Intervensi Pemerintah Stabilkan Harga
Ketua DPRD Sulteng Nilam Sari Lawira, mengapresiasi upaya BPTP menyiapkan benih unggul untuk masyarakat. Menurutnya, masyarakat sangat membutuhkan dukungan, salah satunya dukungan ketersediaan bibit unggul.
Selain itu, masyarakat juga membutuhkan infrastruktur pertanian yang baik. Khususnya petani di Sigi sangat membutuhkan irigasi untuk mengaliri lahan pertanian.
Sementara irigasi yang ada sekarang adalah irigasi gumbasa. Namun, irigasi gumbasa telah rusak akibat bencana gempa 28 September 2018 lalu.
“Saya berharap pembangunan irigasi gumbasa dipercepat pembangunannya sehingga bisa difungsikan kembali oleh petani untuk mengairi lahan pertanian menjadi subur,” ujarnya.
Terkait keluhan petani soal anjloknya harga jagung, Nilam Sari menegaskan harus ada intervensi yang tepat dari pemerintah setempat untuk membangun kesejahteraan rakyat terutama petani agar pasokan melimpah di tengah panen raya dapat tetap menguntungkan petani dan stabilitas harga bisa terjamin.
“Pemerintah setempat harus mengeluarkan kebijakan yang dapat menjamin hasil-hasil produksi para petani ini bisa menguntungkan petani,” ujarnya.
Nilam menilai, selama ini, intervensi pemerintah bagaimana menstabilkan harga-harga di pasar masih kurang. Beberapa produksi unggulan selalu digenjot oleh pemerintah untuk diproduksi sebanyak-banyaknya tetapi, pemasarannya tidak dikawal secara maksimal.
“Terkait hal itu, semua stake holder harus duduk bersama sehingga hal-hal yang menjadi keluhan petani bisa diatasi secara bersama-sama,” ujarnya.
Masalah pangan adalah masalah semua manusia yang masih bergantung dengan makanan. Untuk memperkuat ketahanan pangan, maka semua pihak harus terlibat dan saling membantu. ***
Editor/Sumber: Rizky/timesindonesia