Jakarta,- Situasi yang berada di Turki usai dilanda gempa dahsyat serta pertolongan yang lamban menjadi kian mencekam. Warga mengungkapkan kisah memilukan mendengar jeritan korban, tetapi tidak berkutik.
“Mereka menjerit gaduh, tetapi tak seorang pun datang menolong,” kata Deniz, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8/2/2023).
Deniz, warga Provinsi Hatay, yang berbatasan dengan barat laut Suriah, adalah provinsi terparah di Turki dengan sedikitnya 872 orang tewas. Deniz dan warga di sana mengeluhkan tanggap darurat yang tidak memadai. Petugas penyelamat yang ada mengatakan kesulitan mendapatkan peralatan untuk mempercepat evakuasi.
Deniz juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis frustrasi. Dia tak henti-hentinya memegang kepala seolah tidak bisa memikirkan apapun lagi. Dia juga tidak habis pikir kenapa tidak ada bantuan yang segera mendatangi wilayah mereka.
Deniz bilang mendengar suara jeritan bukan hanya dari satu orang di bawah reruntuhan bangunan yang ambruk. Dia yakin ibu dan ayahnya turut terjebak di sana.
“Kami hancur, kami betul-betul tidak berdaya. Ya, Tuhan. Mereka meminta tolong. Mereka mengatakan selamatkan kami, tetapi kami tidak bisa menyelamatkan mereka. Bagaimana kami akan menyelamatkan mereka? Tidak ada siapa-siapa sejak pagi,” ujar Deniz kemudian menangis.
Menurut Menteri Kesehatan Fahrettin Koca lebih dari 1.200 bangunan hancur di Hatay.
Di ibu kota provinsi Hatay, Antakya, di bangunan 10 lantai yang ambruk, wartawan Reuters menyaksikan warga melakukan penyelamatan terhadap korban yang masih tertimbun. Ya, hanya warga yang turun tangan.
“Tidak ada pekerja darurat, tidak ada tentara. Tidak ada. Ini adalah tempat yang terabaikan,” kata seorang pria, yang melakukan perjalanan ke Hatay dari Ankara. Dia turut membantu mengeluarkan satu wanita dari reruntuhan.
“Ini adalah kemanusiaan. Apa yang dapat kamu lakukan ketika mendengar suara kehidupan?” kata pria yang menolak disebutkan namanya itu.
Dari data Kementerian Dalam Negeri Turki, Provinsi Hatay merupakan tempat tinggal lebih dari 400.000 warga Suriah, kebanyakan pengungsi dari perang saudara hampir 12 tahun di negara itu. ***
Editor/Sumber: Riky/Detik.com