Pertanyaannya, apa hanya sekedar kerinduan kedua tokoh politik itu bertemu? Atau soal tidak hadirnya Jokowi ke Ultah NasDem? Atau soal deklarasi Anies, NasDem tidak ‘pamit’ Jokowi? Atau pertemuan itu upaya keduanya saling klarifikasi selama tiga bulan tak pernah ketemu dan komunikasi? Atau ada yang lebih dahsyat.
Hingga kini apa konten pertemuan Jokowi – SP sesungguhnya tak ada yang pasti. Semua hanya menerka-nerka. Juru bicara NasDem sendiri belum ada pernyataan resmi ke pers soal isi perjumpaan keduanya di istana.
Yang patut dicermati adalah pasca pertemuan Jokowi dan SP, malah bos media grup langsung tancap gas ketemu Ketua Umum Airlangga Hartato. Publik mahfum, Airlangga dipuji habis oleh Jokowi ketika Harlah partai Beringin rimbun. Menteri koordinator. Golkar sangat dekat dengan Jokowi. Bahkan, agar front stage istana adem dan tenang, SP beri sinyal akan gabung ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Entah hanya siasah (siasat) politik atau sinyal benar niat gabung ke depan akan terbukti.
Mengapa SP seserius itu datang ke Golkar dan beri sinyal gabung koalisi KIB. Selama ini saya menulis dan menyimak berita politik nasional, SP bukan level politisi. Ia telah the King Maker selevel Megawati, SBY, dan JK. Jarang datang ke kantor parpol. Sering malah didatangi. Ada apa dengan SP?
Analisis penulis, SP melakukan strategi politik menurunkan level satu digit. Hal itu reaksi dari pasca pertemuan dengan Jokowi. Mungkin soal resuffle dapat ditunda kalau SP mau mendengar A, B dan C. Atau SP sendiri yang menawarkan dan menjelaskan tentang NasDem, Anies dan isu resuffle. Faktanya, SP melakukan hal yang tak biasa dilakukan.
Bahkan dikabarkan SP niat bertemu Megawati dan PDI-P. Bila benar, ini adalah upaya kerja keras SP tidak ingin mengeser Anies dari pencalonan NasDem. Atau sebaliknya, SP mulai menyadari Anies effect ke partai tak signifikan sesuai berbagai survei. Kali saja SP berubah pikiran menawarkan Anies menjadi Cawapres.
Kita mencoba mengulik back stage dramaturgi Pilpres 2024, sangat menarik. Sinyalemen, fenomena, asumsi dan hipokritisasinya. Terutama, ketika semua parpol belum memiliki Capres, di tengah Anies telah melesat duluan dengan NasDem. ***
editor : andono wibisono