Hal ini menimbulkan reaksi terutama soal referendum.
“Kedengarannya seperti rencana Rusia, bukan rencana Indonesia,” kata Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov
“Kami tidak membutuhkan mediator ini datang kepada kami (dengan) rencana aneh ini. Di wilayah pendudukan, pasukan Rusia melakukan kejahatan perang, kejahatan pada kemanusiaan dan genosida. Sekarang Rusia berusaha untuk mengganggu serangan balik Ukraina,” tambahnya lagi.
Rusia sendiri melalui Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko mengatakan bahwa pihaknya terbuka tentang setiap proposal perdamaian yang diberikan. Ia mengaku belum mendapatkan proposal secara resmi, namun telah mendengar poin-poinnya di media.
“Kami menyambut baik upaya semua negara yang ditujukan untuk penyelesaian konflik ini secara damai,” kata diplomat senior Rusia itu kepada lembaga pemberitaan resmi Moskow, TASS.
Dalam update PBB Mei, perang Rusia di Ukraina mengakibatkan kematian sedikitnya 8.800 warga sipil sejak Februari 2022. Sebanyak lebih dari 14.900 orang terluka.
Total korban dari warga sipil akibat perang yang berkecamuk tercatat sekitar 23.800 orang. Namun data di lapangan, tegas organisasi itu, kemungkinan lebih tinggi. ***
Editor/Sumber: Riky/CNBC Indonesia