Ia mengatakan kalau yang kita lihat bagaimana presma hari ini, ketika ada permasalahan di dalam kampus entah Presma merespon atau tidak hal tersebut tetapi sampai saat ini gerakan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sendiri sudah tidak ada.
“Untuk konsolidasi sendiri ini pun dia tidak ikut terlibat karena beberapa kali konsolidasi internal universitas yang dilakukan tidak ada Presma maupun pengurus dari BEM sendiri,” kata Afri.
Selain itu, terkait aspirasi yang disampaikan oleh mahasiswa, ia menyebut Presma se-Indonesia pun pasti menerima dengan baik. Namun, kekhawatiran muncul tentang apakah Presma untad sendiri benar-benar berusaha menyuarakan aspirasi tersebut atau hanya sekadar mendengar saja tanpa tindakan konkret.
“Sekali lagi saya ingin katakan untuk konsolidasi kali ini tidak melibatkan Bemut, sebab mereka pun ketika UKT (Uang Kuliah Tunggal) naik hanya diam tidak ada respon. Seharusnya yang memfasilitasi mahasiswa dalam melakukan gerakan sosial adalah bemut sebagai eksekutif, namun hari ini sudah beberapa minggu UKT tidak mewadai atau membuka ruang untuk mahasiswa melakukan konsolidasi,” tegasnya.
Senada dengan itu, Ketua Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Tadulako, Moh. Arofik, juga mengecam kurangnya diskursus dan konsolidasi yang dilakukan oleh Presma Untad baik melalui Bem Fakultas atau dengan pihak lainnya terkait isu kenaikan UKT (Uang Kuliah Tunggal) bagi mahasiswa.