“Saya meyakini bahwa bentuk dukungan presiden di pilpres tidak akan abuse power, atau melakukan penyimpangan kekuasaan. Konteks dukungan presiden mesti di koridor konstitusi dan peraturan perundang-undangan. Pak Presiden Jokowi tidaklah mungkin di publik mendukung dan menyebut salah satu calon: Mas Ganjar atau Pak Prabowo,” ucapnya.
“Sebenarnya bentuk dukungan Presiden Jokowi ke bakal calon adalah memberikan Jokowi Effect kepada salah satu pasangan calon, nantinya. Atau paslon akan memanfaatkan Jokowi effect untuk tujuan meningkatkan elektoralnya,” ujarnya.
Viva lantas mengungkit kabar santer Jokowi yang lebih condong ke Prabowo dan Erick Thohir usai momen keduanya mendampingi Jokowi kunker ke Jawa Timur. Menurutnya hal itu bisa saja dijadikan kode-kode pilpres. Namun dia menekankan politik masih dinamis.
“Dalam pekan ini, banyak tafsir politik yang menyatakan bahwa Presiden Jokowi lebih condong mendukung Pak Prabowo yang nantinya akan dipasangkan dengan mas Erick Thohir,” ucapnya.
“Ya itu boleh-boleh saja, namanya juga ilmu cocokologi hehehe. Tapi situasi sekarang masih cair dan dinamis. Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Pagar KPU akan dibuka tanggal 19 Oktober 2023. Masih ada waktu para bakal capres yang jomblo yang seperti arjuna mencari cinta untuk mengejar pasangannya,” ucapnya.