Brinner mengatakan di sinilah gudang amunisi dan senjata utama kelompok tersebut berada, dan terdapat juga dukungan masyarakat yang kuat terhadap Hamas khususnya di Khan Younis, kampung halaman dua pemimpin utama kelompok tersebut di Gaza, Yahya Sinwar dan Mohammed Deif.
“Di Jalur Gaza utara, kita telah melihat Hamas beroperasi lebih seperti kekuatan gerilya – menghindari pertempuran besar, menyelinap pergi dan kemudian kembali menyerang dan menyelinap lagi,” kata Ahron Bregman, spesialis masalah keamanan di Timur Tengah di Kings College London.
“Tetapi taktik ini mungkin berubah ketika Israel beroperasi di Jalur Gaza bagian selatan. Ada dukungan kuat Hamas di sana, sehingga mereka mungkin akan melakukan perlawanan lebih keras.”
Ini bisa berarti kembalinya struktur organisasi tradisional kelompok tersebut yang terbagi menjadi “formasi batalion, brigade, dan sebagainya”, kata Bregman.
Israel Kurang Mengenal Jalur Gaza Selatan
“Orang-orang Israel juga kurang mengenal Jalur Gaza selatan dibandingkan dengan Jalur Gaza utara,” kata Bregman, dan mereka semakin mendapat tekanan dari komunitas internasional untuk membatasi melonjaknya angka kematian warga sipil di Gaza.
“Pasukan Pertahanan Israel, karena jumlah pasukannya lebih banyak di wilayah selatan saat ini, dapat menggunakan lebih sedikit daya tembak agar tidak membunuh terlalu banyak warga sipil,” tambah Bergman.