Pengeboran Migas di Indonesia Makin Sulit, Ini Biang Keroknya

  • Whatsapp
Ilustrasi/Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Ia pun mencontohkan, ketika bicara rig, ke depan kontraktor tidak bisa mengandalkan rig-rig yang sudah ada. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, kontraktor harus investasi, apakah dengan membeli atau membangun rig baru.

“Tapi kalau umpamanya mereka membangun, melakukan investasi di situ, yang akan jadi pertanyaan, worth it nggak buat mereka? Apa ini programnya dari KKKS? Jangan-jangan dia baru beli rig, tahun depan bornya itu berhenti, ngebornya berhenti, jadikan mereka nggak..istilahnya mungkin nggak balik modal. Nah di forum inilah yang kita harapkan dari teman-teman,” jelasnya.

Sementara, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas, Rudi Satwiko mengatakan, jika welder atau tukang las saat ini sulit dicari. Hal ini memberikan dampak pada terlambatnya sejumlah proyek. Dia mengatakan, tukang las tersebut ‘dibajak’ oleh negara lain.

“Cuma memang yang sekarang agak susah terus terang saja masalah welder. Jadi ada beberapa pekerjaan kami ini ter-delay semacam proyek-proyek besar kaya Forel ada beberapa yang lain-lain, itu ternyata welder kita juga dibajak,” katanya.

Dia mengatakan, tenaga kerja hulu migas yang dibajak bukan hanya engineer. Dia bilang, tenaga terampil juga dibajak.

“Jadi yang dibajak yang keluar negeri bukan hanya engineer, tapi tenaga-tenaga terampil kita juga dibajak,” ungkapnya.

Namun, pihaknya tak mempermasalahkan hal tersebut. Dia mengatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan Solo Techno Park untuk melakukan pembinaan sumber daya manusia.

“Jadi sudah ada beberapa KKKS yang bekerjasama dengan Solo Techno Park seperti Pertamina dan lain-lain,” ungkapnya. ***

Sumber: detik.com

Berita terkait