Sampah Kotori Wajah Ibu Kota Parigi

  • Whatsapp
sampah di salah satu sudut kota
banner 728x90

 BERTAMBAHNYA Jumlah penduduk kota Parigi, cepat atau lambat, suka atau tidak, pasti akan menimbulkan aspek dan dampak yang sangat signifikan. Seiring, meningkatnya jumlah penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, pesatnya pertumbuhan dan kemajuan perkembangan kota Parigi, turut memberikan andil dan warna apakah kota Parigi masuk dalam kategori indah, bersih, sehat atau malah sebaliknya.

Masalah sampah dan kota bagaikan satu hal yang saling berpengaruh positif bahkan negatife, tergantung dari manajemen dan tingkat kepedulian masyarakat kota Parigi. Sampah yang kedengarannya menjijikan, menimbulkan dampak yang cukup luar biasa, yang bisa datang kapan saja, dan tanpa diundang bisa membawa sejuta malapetaka, baik untuk pemerintah, masyarakat dan makhluk hidup lainnya.

Menanggapi permasalahan sampah tersebut, sebaiknya pihak Pemkab Parmout, secara bijak segera memikirkan dan mengantisipasi akan dampak dan masalah yang kerap ditimbulkan. Dengan mengundang semua pihak stakeholder atau pemangku kebijakan dalam menyikapi berbagai hal baik dari sisi sumber sampah, agar sampah tersebut tidak menimbulkan dampak yang berbahaya, dan mengurangi nilai estetika lingkungan dikemudian hari.

Jika melihat kebijakan, sebenarnya banyak ragam kebijakan dan pertanyaan, yang bisa mendapatkan solusi dan jawaban  yang baik. Bahkan, sejumlah pertanyaan akan muncul sudah sejauh mana tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk bisa membuang sampah pada tempatnya.

Perilaku inilah salah satu tantangan Pemkab guna bagaimana bisa merubah mindset masyarakat, pola pikir dan perilaku menyikapi kondisi riil dimasyarakat itu sendiri. Sehingga, ke depannya diharapkan penanganan dan pengelolaan persampahan dapat seirama dengan kehidupan masyarakat dan perwajahan tatanan Ibu Kota Kabupaten Parigi Moutong.

Selain itu. rendahnya kesadaran masyarakat yang membuang sampah sembarangan mengakibatkan pemandangan sampah mengotori beberapa suduk kota Parigi. Bahkan, parahnya kini banyak lahan kosong kerap dijadikan tempat pembuangan sampah, oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Hal tersebut, terlihat dibeberapa titik seputaran kota Parigi, seperti pusat perbelanjaan Pasar Sentral Parigi, bekas lahan pasar Inpres Tagunu, beberapa lahan lahan kosong di Kelurahan Masigi, dan beberapa titik bibir pantai pun masih terlihat sampah yang berserakan.

Selain itu, dipojok-pojok jalan, terdapat pula onggokan sampah didepan beberapa toko. Bahkan, parahnya lagi dibeberapa lorong/gang di kelurahan Bantaya yang merupakan akses keluar masuk penghuninya ternyata banyak ditemukan onggokan sampah.

Menelisik persampahan yang ada disetiap sudut pasar Sentral Parigi, ternyata betapa hebatnya pihak SKPD terkait yang tiada hentinya melakukan pemungutan retribusi kebersihan terhadap pedagang, namun anehnya aksi pemungutan retribusi itu tidak berjalan setimpal terhadap kebersihan pasar itu sendiri.

Berdasarkan data yang dihimpun, menunjukan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Parigi Moutong, 421 ribu jiwa. Berarti jika penduduk kota Parigi setengah dari jumlah total penduduk keseluruhan, maka ada sekitar kurang lebih 210 ribu jiwa penduduk kota Parigi, yang memproduksi sampah 0,03 kubik per/hari. Sehingga ditemukan jumlah estimasi produk sampah tiap hari khusus untuk penduduk dalam kota Parigi sebanyak 6.300 kubik perhari.

Dari gambaran tersebut, dengan keterbatasan fasilitas pendukung persampahan, maka keseimbangan dalam produksi sampah setiap hari dipastikan tidak seimbang. Artinya, sejumlah lokasi/sudut sampah yang berserakan tidak seluruhnya terangkut atau tidak tertangani oleh pihak petugas.

Salah satu pemerhati lingkungan hidup Kabupaten Parigi Moutong, Sudirman yang ditemui Kaili Post​​​​​​ mengatakan, jika berbicara masalah persampahan sebenarnya tidak akan pernah selesai, sebab baik itu dari pihak Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong dan masyarakat sangat minim kesadarannya terhadap permasalahan sampah.

“Lihat saja, aksi bersih yang dilakukan pihak Pemkab, terjadi nanti ada saat moment-moment saja. Kalau, tidak ada moment mana ada aksi bersih dilakukan,” ungkap Sudi.

Namun, tidak bisa dipungkiri, bahwa kesadaran masyarakat terhadap cinta lingkungan yang bersih, ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Sehingga, menurutnya untuk menumbuhkan pola pikir kesadaran masyarakat seharusnya dimulai dari pemerintah sendiri. Jika pemerintah bersikap maka bodoh, maka otomatis masyarakat pun akan berfikir seperti itu.

Kata dia, dari sisi sarana dan prasarananya pun, persampahan di jantung ibu Kota parigi, sangat belum memadai. Walaupun, diketahui bersama sejak tahun lalu pihak Pemkab Parigi Moutong melalui dinas terkait telah menyediakan tempat sampah, baik organic dan non organik namun beberapa diantara telah hilang.

“Ini masyarakat juga lucu, sudah disediakan tempat sampah, tapi malah tidak dijaga. Bisa dilihat saat ini, tempat-tempat sampah yang telah disediakan itu hilang tanpa bekas,” ujarnya.

Pihaknya menghimbau, untuk pihak Pemkab slogan “ Green For All” jangan hanya dijadikan wacana, namun kenyataannya berbalik. Dan untuk pihak masyarakat, sadarlah akan kebersihan lingkunga, dan buangnya sampah pada tempatnya, yang diawali dari hal kecil yakni, dari lingkungan tempat tinggal sendiri. ***

LAPORAN KHUSUS: fharadiba

Berita terkait