Catatan Pinggir

  • Whatsapp
GOLKAR, DALAM UJIAN 

KEMARIN Pimpinan Utama Trimedia Grup (pemilik delapan media cetak dan beberapa jaringan portal onlinenya) Tri Putra Toana banyak bercerita via telpon ke saya. Memang dalam sebulan ini, saya belum silaturahim seperti biasanya dalam lima bulan terakhir. Semua tak lain karena kesibukan kami berdua, dan berbeda kantor.

Cerita via telpon kali agak lama. Banyak hal didiskusikan mulai dari perusahaan grup, naiknya harga kertas sampai Rp400,-, kesiapan perusahaan grup menghadapi ramadhan dan sampai dengan aktifitas politik beliau di Partai Golkar Sulawesi Tengah. Maklum, TPT, atau sering disapa Ongki kini mulai aktif di partai Beringin rimbun sejak kepemimpinan Arus Abd Karim sebagai Ketua. Ongki dipercayakan sebagai Wakil Ketua bidang Media dan Penggalangan Opini (MPO) partai.

Tugas itu tidaklah mudah. Membangun citra partai yang baru saja selamat dari konflik yang nyaris membuatnya karam, pergolakan internal kader di kepengurusan di semua daerah di Indonesia, sampai pada dengan upaya memenangi semua level Pilkada dan Pileg dan Pilpres 2019 akan datang. Saya katakan sangat berat, begitu respon saya pada Bos Ongki.

Partai Golkar harus dimaknai dalam dua dimensi komunikasi media. yaitu  dimensi internal dan eksternal. Dalam konteks komunikasi politik medianya, Partai Golkar pertama; harus melihat cita rasa perkembangan Partai Berkarya apakah akan lolos ke Pileg. Karena; bila partai besutan Tomi Suharto ini lolos, maka perjuangannya berat bahkan dapat terseok-seok. Tomi bakal menyedot pemilih Golkar di semua daerah.

Kedua; Partai Golkar yang saat ini bagai perusahaan nasional atau internasional yang lebih terbuka. Dengan kata lain, sahamnya sudah go publik. Tidak ada pemilik saham besar atau dominator. Sebenarnya, dengan kondisi ini, demokratisasi internal sangat kuat. Tapi ada pula kelemahannya, berpotensi konflik. Mengapa? Karena umumnya konflik berdasar pada kepentingan pribadi, golongan atau fraksi. Sangat kecil konflik untuk tujuan melindungi partai (perusahaan).

Golkar sudah sangat teruji mengelola konflik internal. Namun karena panjangnya konflik, kadang juga membuat citra kurang baik ke pasar politik atau publik. Di sinilah peran penting pengelolaan isu, memanagemen isu sampai pada soal Kirka serta bangunan pembangunan opini kepartaian. ***

OLEH: ANDONO WIBISONO 

Berita terkait