Rudy Sufahriad |
KAPOLDA Sulawesi Tengah, Rudy Sufahriadi mengatakan tidak bisa dinafikkan Kabupaten Poso merupakan gambaran Sulteng. Sebab, setiap kali pengunjung yang akan datang pasti perbincangannya adalah Sulteng laboratorium konflik. “Memang Sulteng saat ini dikenal dengan Kabupaten Posonya, sebab daerah tersebut rawan konfliknya,” jelasnya, Kamis (6/04).
Olehnya Kapolda melalui pertemuan Caffe Morning di Kejaksaan Tinggi Sulteng Selasa lalu, mengatakan paradigma masyarakat saat ini harus dirubah Kabupaten Poso itu sama saja dengan kabupaten lainnya. Yang bisa merubahnya tentu bukan hanya pihak kepolisian saja, tentunya semua stakeholder yang ada di Sulteng.
Hal senada juga dikatakan Bupati Poso, Darmin A Sigilimpu, yang juga hadir dalam pertemuan tersebut. Ia mengungkapkan bahwa kabupaten mereka bukan hanya nasional yang mengenal Poso tetapi internasional, sebab katanya beberapa kali para turis yang datang berkunjung hanya untuk melakukan penelitian penyebab konflik antara warga.
“Beberapa kali saya melakukan perjalanan dinas, ternyata orang poso itu ditakuti. Kalau mereka dengar orang poso mereka langsung takut, karna orang poso itu suka membunuh,” Ungkap Bupati Poso, Darmin A Sigilimpu sambil bercanda.
Katanya pengunjung yang datang di kabupaten mereka kebanyakan peneliti dan tidak kurang para wisatawan lokal maupun nasinal bahkan internasional. “Sebenarnya banyak yang perlu dikembangkan di kabupaten berbudaya tersebut, hanya saja asumsi orang kabupaten itu berbahaya,” Tambahnya.
Keunikan wisata laut, danau Poso, Megalit dan masih banyak lagi yang perlu diekspos untuk memancing wisatawan datang ke Sulteng khususnya di kabupaten Poso. Sebenarnya keterkenalan kabupaten Konflik tersebut bisa di manfaatkan jika kita mampu merubah mainset publik tentang Kabupaten Poso.
Tentunya untuk melakukan hal tersebut kembali kemasyarakat Poso terutama pemerintahnya yang harus membuat strategi untuk selalu mengekspos wisata yang menarik di kabupaten tersebut. Jika langkah ini dapat di lakukan perlahan mainset masyarakat dengan sendirinya akan pudar.**
reporter: Dedi rahmat dai