Poso,- SUDAH Beberapa bulan belakangan ini, warga Dusun Majulea Atas, yang terletak di puncak perbukitan itu kesulitan air bersih. Padahal, kondisi alamnya cukup menjanjikan. Selain tanahnya subur, Dusun yang secara adminstraif termasuk dalam wilayah Kecamatan Lage itu, relatif terjangkau, hanya berkisar 8 Km dari pusat Kota Poso.
Mungkin karena posisi dan potensi alam yang menggiurkan ini membuat warganya betah hidup di sana, meskipun diperhadapkan dengan krisis air bersih. Beruntung, Dusun yang berpenduduk 120 KK itu, menyimpan modal semangat gotong royong, sehingga warganya yang secara umum berasal dari Sulawesi selatan itu, tetap kukuh mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Adalah Irawan Antawirya, aktivis Forum Pemuda Pemerhati Desa (FPPD), belakangan ini tertarik untuk berjibaku dengan warga kampung. Tidak tanggung-tanggung, pemuda yang sehari-hari berdomisili di Kelurahan Kawua ini, harus izin dari pekerjaannya sebagai salah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), demi membantu masyarakat kecil. “Awalnya sih tetap bekerja di kantor, sore dan malam naik ke Majulea, karena sekarang pekerjaan di sana sudah mendesak, jadi saya minta izin kepada atasan, dan syukurlah atasan mengizinkan untuk beberapa hari”, kata Irawan dalam sebuah bincang santai dengan Kaili Post.
Diketahui, program pengadaan air bersih di Dusun yang memiliki ketinggian sekitar 300 meter dari permukaan laut itu, kini menjelang tahap perampungan. “Dalam waktu dekat, kita optimis air bersih bisa kita angkat dari sumber air dari Majulea Bawah ke Majulea Atas, dengan menggunakan pipa air sepanjang 1.000 meter”, sebut Irawan, mantap.
Begitulah terobosan anak muda pemerhati desa ini, menunjukkan kepeduliannya terhadap warga yang kesulitan air bersih. Dan gayung pun bersambut, sejumlah warga yang sebelumnya pasif, secara perlahan kini kembali aktif merespon upaya anak muda yang notabene berasal dari luar kecamatan Lage. “Senanglah pak, meski airnya belum kita sempat hiruf sampai saat ini, tapi menyaksikan air mengalir di pipa saja, rasa dahaga sudah terpenuhi”, kata Ketua RT, Muhammad Yunus.
Hal senada disampaikan oleh Takko, anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Desa Toyado itu optimis, pekerjaan yang sedang ditekuninya bisa membuahkan hasil yang memuaskan. “Pokoknya, kita tidak akan berhenti sampai air bisa diminum warga, kalau bukan sekarang kapan lagi Pak, mumpung ada orang yang mau membantu dan mendampingi kami”, kata Bapak Takko, dalam dialeg Bugis yang kental.
Mengharukan memang. Bukan apa-apa, di tengah arus pembangunan yang cenderung berorientasi pada pembangunan fisik belakangan ini, masih terdapat sekelompok kecil anak muda yang menunjukkan kepeduliannya terhadap masalah mendasar yang dihadapi oleh sekelompok warga di dusun terpencil. Asal tahu saja, dari semua bahan yang digunakan dalam program pengadaan air bersih itu, didapatkan dengan swadaya. “Jadi selama ini ya, kita kumpul-kumpul uang dari teman-teman secara sukarela, termasuk dari luar komunitas kami ada yang mau membantu kita terima, namanya juga proyek sosial, jadi kita tidak akan mengejar keuntungan, meskipun waktu dan tenaga harus kami porsir di disini”, sebut Irawan.
Irawan menambahkan, sampai akhir Juli 2017 ini, jumlah dana yang sudah terpakai berkisar Rp.25 Juta. Total dana tersebut dibelanjakan untuk membiayai pengadaan 5 unit mesin Pompa Hydram, sebagai tumpuan air yang diletakkan di lokasi sumber air. Untuk memaksimalkan arus air bisa naik ke atas dengan ketinggian 125 meter secara vertikal, membutuhkan 7 unit mesin pompa hydram. “Jadi kita masih menunggu 2 unit mesin lagi, dan syukur ada pihak perusahaan swasta yang siap menanggung 2 unit mesin tersebut”, tandas Irawan bersemangat.
Begitulah geliat anak muda berusaha mendekatkan sumber air dengan warga, memaksimalkan keterampilan dalam merakit tekhnologi tepat guna. Tersebutlah, Hydrolig Pump (Hydram), sebuah tekhnologi yang telah digunakan oleh Belanda sejak tahun 1.800-an. Di Indonesia, tekhnologi tepat guna ini mulai digunakan di Pulau Jawa sejak tahun 2.000-an. Menariknya, selain efisien, efektif, juga ramah lingkungan.
Diketahui, salah satu kelebihan dengan menggunakan Pompa Hydram bisa mengangkat air tanpa menggunakan energi listrik dan BBM, cukup menggunakan tekanan air, selanjutnya aliran air bisa naik sampai ketinggian 500 meter bahkan lebih. Pantauan Kaili Post beberapa hari lalu di Dusun Majulea Atas, pipa saluran air telah terpasang sepanjang 700 meter melintasi kebun milik warga. Masih tersisa 300 meter lagi pipa tersebut bisa tembus sampai bak penampungan air.
“Setelah kami bincang-bincang dengan warga, bak penampungan air akan kita bangun di Masjid Al Muhajirin. Karena bagaimana pun menurut warga setempat, kebutuhan mendesak adalah kebutuhan ibadah, dari titik ini nanti akan kita pikirkan bagaimana bisa mengalir ke rumah-rumah warga”, jelas Irawan lagi.
Kini, warga Dusun Majulea atas memang masih harus bersabar dalam beberapa hari ke depan, namun jika melihat progres program tersebut, Awal September 2017 mendatang, warga Majulea sudah bisa menikmati air bersih. **
REPORTER/EDITOR: DARWIS WARU