POLDA : BERAS PLASTIK TIDAK ADA

  • Whatsapp

PALU,- DITEMUKANNYA Benda menyerupai beras dari plastik di Jalan Otista Palu yang menghebohkan warga kota terjawab sudah. Kasusnya tidak masuk ke ranah hukum atau bukan termasuk ke dalam kasus pidana, hanya merupakan kejadian saja. ‘’Itu kejadian biasa. Bukan beras. Tapi butiran plastik saja yang ditemukan di karung beras,’’ ujar juru bicara Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto MSi via WhatssApp ke Kaili Post (31/07/2017) kemarin.

Kabid Humas Polda itu mengutarakan bahwa Tim Ditkrimsus Polda Sulteng sudah melakukan pengecekan terhadap kejadian itu di lapangan. Disimpulkan bahwa, sejumlah benda yang diduga beras plastik berjumlah 40 butir adalah elemen plastik dan berbeda bentuknya dengan beras. Dan setelah dilakukan pengecekan ke sejumlah kantong beras lainya, tidak ditemukan butir-butir plastik. Artinya plastik yang menyerupai beras hanya berkisar 40 butir itu hanya ditemukan di kantong itu saja. Lebih jauh dia mengatakan bahwa, “hal ini hanya merupakan suatu kejadian saja, tidak termasuk ke dalam kasus pidana,’’ tandas Hari.

Sebelumnya, masyarakat Palu dikejutkan dengan ditemukannya beras bercampur plastik yang dijual salah satu kios di bilangan Jalan Ototista. Penemuan beras bercampur plastik itu diketahui setelah salah satu warga di wilayah tersebut membeli beras pada salah satu kios, kemudian memasaknya.

Tiba-tiba salah seorang anak dari keluarga yang enggan disebut namanya itu sakit perut setelah makan nasi dari beras yang dibeli di kios tersebut. Kasus beras bercampur plastik yang sempat menghebokan masyarakat Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah itu kemudian dilaporkan orang tua korban ke Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polda Sulteng .

Tim Satgas Pangan Polda Sulteng yang dipimpin AKBP Teddy Salawati, Kasubdit I Industri dan Perdagangan Ditreskrimsus Polda, langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP). Bersama beberapa anggotanya, Ketua Satgas Pangan Sulteng itu mendatangi TKP untuk menindaklanjuti dan menyelidiki kebenaran laporan masyarakat mengenai beredarnya beras yang diduga bercampur plastik yang dibeli warga dari salah satu kios di bilangan Jalan Otista Palu.

Di TKP, tim satgas pangan langsung melakukan pemeriksaan, termasuk mengambil beras yang diduga bercampur plastik yang dijual di kios untuk dijadikan sampel.

Dari TKP, kemudian tim menuju gudang beras milik salah seorang pedagang beras yang menjual kebutuhan pangan tersebut terletak di Kecamatan Palu Barat. Di gudang milik pedagang beras, tim sempat bertemu dengan pemilik. Namun, stok beras sudah habis terjual.

Pemilik gudang beras sempat terkejut ketika tiba-tiba mendapat kunjungan dari tim satgas pangan. “Ada apa ini Pak?” tanya pedagang yang minta namanya tidak disebutkan. “Kami datang karena ada laporan dari masyarakat bahwa beras yang dijual di kios, Jalan Otista dibeli dari Bapak? Apa itu benar Pak?” tanya petugas, yang dijawab pedagang itu, “ya, memang beras itu dari kami, tetapi kami sama sekali tidak tahu-menahu kalau ternyata beras dimaksud bercampur plastik.”

Lagi pula, selama ini, kata pemilik gudang beras itu belum ada satu pun pengecer beras yang mengomplain adanya kasus beras bercampur plastik.

Baru kali ini, kata dia, dirinya mendapat informasi adanya beras bercampur plastik yang dijual kepada pengecer.

Ketua Tim Satgas Pangan Polda Sulteng AKBP Teddy Salawati membenarkan bahwa pada hari Senin (24/7) pihaknya menerima informasi dari masyarakat soal adanya beras bercampur plastik.

Setelah menerima laporan, tim langsung bergerak ke lapangan di bilangan Jalan Otista, Kecamatan Palu Timur, Senin sekitar pukul 20.00 Wita.

Menurut pemilik kios yang menjual beras itu, beras yang dijualnya dibeli dari salah satu pedagang beras di Kota Palu.

Tim langsung menindaklanjutinya dengan mendatangi pedagang beras yang berdomisili di Kecamatan Palu Barat.

Pemilik gudang beras mengaku sudah puluhan tahun berdagang beras dan baru kali ini ada beras seperti itu.

Pihaknya hingga kini masih melakukan pengusutan lebih lanjut. “Kami masih sedang melakukan penyelidikan dan akan mengusut sampai tuntas,” katanya.

Ia mengatakan bahwa sejak terbentuk tim satgas pangan sebelum Lebaran 2017 langsung membuka pos pengaduan dan kasus beras bercampur plastik yang sadang dalam pengusutan merupakan pertama kali.

Sampai sekarang, belum ditemukan beras plastik maupun beras oplosan beredar di pasaran setempat.

Walaupun demikian, pihaknya terus melakukan pengawasan ketat, termasuk mengawasi harga eceran tertinggi (HET) pangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

Semua kebutuhan pangan yang sudahg ada HET maupun belum akan diawasi ketat oleh satgas pangan, baik di tingkat provinsi sampai kabupaten/kota.

Ia mengatakan bahwa tim satgas pangan di kabupaten/kota di Sulteng rutin turun memeriksa gudang beras, termasuk gudang Bulog. Selain itu, tim mendata stok beras dan pangan lainnya yang ada di dalam gudang tersebut.

Hal itu dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pada satgas pangan dari tingkat pusat sampai ke seluruh daerah, termasuk di Provinsi Sulteng.

Ia berjanji akan mengusut tuntas setiap kasus pangan, termasuk beras bercampur butiran plastik yang ditemukan di Kota Palu yang sementara ini masih dalam penyelidikan.

Usut Tuntas

Sejumlah warga di Palu mendesak satgas pangan di daerah ini untuk mengusut tuntas beras bercampur plastik yang dijual pada salah satu kios di kota ini.

Beras bercampur plastik bila dikomsumsi akan membahayakan kesehatan, kata Rudi, warga Palu.

Satgas pangan, kata dia, perlu menyelidiki sampai tuntas kasus tersebut. Masalahnya, beras merupakan makanan pokok masyarakat sehingga perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.

“Kita semua berharap beras bercampur butiran plastik yang ditemukan itu bukan karena ada unsur kesengajaan dari orang-orang tak bertanggung jawab,” katanya pula.

Hal senada juga disampaikan Ny. Fatimah, warga Jalan Hang Tua, Kecamatan Palu Timur.

Ibu rumah tangga itu juga meminta pihak terkait, seperti satgas pangan, Dinas Perindustran dan Perdagangan, serta tim Terpadu Pengendalian Inflansi Daerah (TPID) setempat untuk menindaklanjutinya.

Bahkan, desakan yang sama juga datang dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sulawesi Tengah. Dia meminta satgas pangan di daerah ini harus mengusut tuntas para oknum pedagang nakal yang menjual beras bercampur plastik itu.

Kalau benar ada pedagang yang sengaja melakukan tindakan tidak terpuji, termasuk menimbun stok dan menjual komoditas pangan melebihi standar harga yang telah ditetapkan pemerintah, tangkap saja pelakunya, kata Salman Hadiyanto.

Meski sudah mengetahui kasus tersebut, dia mengatakan bahwa YLKI belum melakukan pendampingan kepada satgas karena belum ada laporan dari konsumen yang merasa dirugikan menyusul kasus beras bercampur plastik.

YLKI hanya bisa mendesak pihak satgas dan instansi terkait lainnya untuk menindaklanjuti temuan beras bercampur plastik sampai tuntas.

Selain mengusut tuntas, dia juga meminta Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk memeriksa kebenaran beras bercampur plastik yang ditemukan tersebut agar tidak meresahkan masyarakat.

Semua pihak terkait, menurut dia, sebaiknya turun ke lapangan untuk mengecek jangan sampai benar ada beras plastik yang beredar di pasaran karena sangat membahayakan kesehatan masyarakat.

“Ini bukan hanya tugasnya satgas pangan, melainkan semua instansi terkait di seluruh kabupaten dan kota di Sulteng untuk melakukan pengawasan terhadap barang/bahan kebutuhan pokok,” kata Salman.

Sementara itu, Kepala Dinas Peridustrian dan Perdagangan Abubakar Almahdali mengatakan bahwa Tim Satgas Pangan Polda Sulteng tengah menangani kasus beras bercampur plastik itu.

“Kami tunggu saja hasil penyelidikan dari satgas pangan,” katanya.

Pemerintah, kata dia, tidak mungkin membiarkan beras plastik beredar di pasaran. Satgas pangan dibentuk salah satunya untuk mengawasi peredaran dan juga menjaga stabilisasi harga pangan di pasaran.

Ia mengimbau warga untuk tetap tenang karena ada satgas pangan yang akan melakukan pengusutan lebih lanjut.

Menurut dia, beras bercampur plastik atau bahan lainnya bisa saja terjadi, apalagi jika lantai jemur gabah tidak dibersihkan terlebih dahulu.

Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat saat menjemur gabah menggunakan lantai jemur yang bersih. “Ya dibersihkan dahulu, barulah gabah dikeringkan,” katanya. Almahdali menambahkan bahwa salah satu tugas satgas pangan adalah mengawasi stok dan harga pangan di pasaran agar tetap tersedia dalam jumlah memadai dan harga stabil serta kualitas terjamin.

Oleh karena itu, kalau ada beras plastik atau beras oplosan di pasaran beredar, tugas satgas mencari dan menangkap para oknum pelakunya, kemudian diseret ke pengadilan.

Berdasarkan hasil monitoring satgas pangan, Tim Pengendalian Inflansi Daerah (TPID), harga komoditas pangan dan kebutuhan lainnya di pasaran relatif cukup stabil dan terkendali.

Apalagi, Bulog gencar menjual sejumlah komoditas pangan, seperti beras, gula, bawang, minyak goreng, dan telur ayam, melalui sahabat rumah pangan kita (RPK) maupun para pengecer di pasar-pasar tradisional. **

REPORTER: FIRMANSYAH

Berita terkait