POSO,- BAGI MASYARAKAT Desa Tongko, Bulan September Tahun 2017 ini adalah bulan keberuntungan yang membahagiakan. Asal tahu saja, selain kedatangan tamu dari berbagai daerah yang ada di Sulawesi Tengah, juga bertepatan dengan 100 tahun berdirinya Desa yang terletak 21 km dari pusat Kota Poso itu, sudah begitu peringatan hari jadi tahun ini, 21 September 2017, bertepatan pula dengan 1 Muharram 1439 H, tahun baru dalam kalender Islam.
“Waktu itu, desa ini belum begitu banyak penghuninya, perkampunganya pun belum seluas dan seramai saat ini. “Menurut cerita orang tua, awalnya desa ini dibuka oleh orang Kaili, Mereka yang diperkirakan datang dari Kota Palu dan sekitarnya itu dipimpin oleh seorang kepala rombongan bernama Lamatu, begitu kampung ini mulai ramai maka orang-orang Pamona-Poso yang berada di pegunungan pun turun di pantai untuk hidup bersama. Tidak berselang lama setelah itu, sejumlah pelaut dari Tanah Bugis berlabuh.
- JAJALAN BARU, Ruas jalan yang menghubungkan jalan poros dengan pantai tiga dimensi ini, selain menjadi jalan wisata, jalan selebar enam meter ini juga diharapkan menjadi wilayah perluasan pemukiman yang asri ke depan.
- MAKAM LELUHUR. Para leluhur yang merintis desa Tongko secara umum dimakamkan di area ini, (gambar diambil sebelum lokasi pemakaman dibersihkan beberapa hari lalu)
Karena mereka merasa nyaman dengan suasana kekeluargaan yang kental, maka orang Bugis itu memilih berdomisili di Tongko sampai kawin mawin dan melahirkan keturunan. Jadi sejak awal desa ini memang sudah beragam dari segi suku dan agama”, kata Ridwan Karadjo dalam perbincangan khusus dengan Kaili Post, di pinggir pantai desa Tongko beberapa hari lalu.
Ridwan menambahkan, asal usul nama Tongko sendiri diketahui berasal dari sejenis tanaman pakis yang banyak tumbuh di sekitar pantai, tanaman yang memiliki saripati pada bagian pucuk itu dimaknai oleh orang tua dulu sebagai tanaman yang unik memiliki karakteristik tersendiri, sehingga secara berangsur-angsur masyarakat sekiatnya pun mengenal kampung tua itu dengan nama kampung Tongko.
Hal tersebut diperkuat lagi oleh orang Bugis yang membawa jenis permaian ‘mattongko’ dalam bahasa indonesia berarti menutup. Permainan ini waktu itu banyak digemari dan sering dilakukan di pinggir pantai. Begitulah sejarah singkat Desa Tongko yang diketahui mulai berdiri pada tahun 1917. Sampai saat ini, desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Lage ini telah memiliki 16 orang Kepala Desa. Ada pun mereka yang pernah memimpin Desa Tongko adalah; 1. Lamatu (1917-1928), 2.Tamesi (1928-1930), 3.Lamelo (1930-1934), 4.S.Gani (1934-1940), 5.Aminullah (1940-1941), 6.Pj.Tangara (1941-1945) 7.S.Lagaranda (1945-1970), 8.A.Latundo (1970), 9.L.Kalora (1971-1975), 10.M.Karadjo (1975-1981), 11.Dj.Latundo (1981-1994), 12.Djafar Padja (1994-1996), 13.Pj.SY.Laronga (1996-2002), 14.Tasdid Togalabu (2002-2008), 15.Asparat Hutuna (2008-2014), 16.Ridwan Karadjo (20014-Sekarang).
Kini desa yang berpenduduk 1.456 Jiwa ini, lagi giat-giatnya memacu pembangunan fisik dan non fisik, salah satu jenis pembangunan yang mendapat apresasiasi dari masyarakat adalah pembangunan jalan sepanjang 800 meter dari jalan poros menuju pantai Tongko.
Bukan apa-apa, jalan baru selebar enam meter itu selain dimaksudkan sebagai tahap awal pembangunan destinasi wisata desa, juga menjadi jalan ke kantong produksi, bahkan dalam tinjaun sejarah jalan tersebut juga sesungguhnya diharapkan agar pemakaman tua para pendiri desa ini bisa lebih terawat. “Jadi yang ada dalam pikiran saya adalah, bagaimana pantai indah ini juga memiliki dimensi spritual, jadi semacam destinasi wisata tiga dimensi, pesona bahari, hutan bakau, dan relegi”, kata Ridwan bermaksud membangun optimisme warganya. **
Reporter/Editor: Darwis Waru