Apa Kabar Job Fair Morowali 2018???

  • Whatsapp

 

PENYELENGGARAAN Job Fair yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Morowali dalam hal ini Dinas Transnaker adalah salah satu langkah strategis yang dilakukan terhadap para pencaker yang ada di Morowali untuk kemudian mengurangi pengangguran yang ada di Morowali.

Namun setelah verifikasi itu terjadi dan selesai dengan baik, menunggu sampai kurang lebih satu bulan baru ada panggilan pencaker untuk di interview di perusahaan. Sudah banyak juga yang diproses sampai di tingkatan Medical Check Up (MCU), dan masih jauh lebih banyak yang belum mendapatkan panggilan selanjutnya dari pihak managemen perusahaan.

Hal tersebut disampaikan aktivis buruh, Asnan As’ad kepada media ini Minggu (6/1/2019). “Yang aneh menurut kami adalah setelah mereka melakukan MCU lalu kemudian menjelang 4 hari setelah MCU tidak ada pengumuman yang dilakukan oleh pihak klinik apakah mereka lulus tes atau tidak, yang ada hanya dipanggil lewat sms bagi yang lulus, tapi yang tidak lulus ini datang mengeluh dan bercerita ke kami bahwa dia belum dapat panggilan selanjutanya, kamipun  mencoba bertanya kepada salah satu HRD perusahaan kenapa yang lain lulus dan yang lain tidak lulus, apa alas an perusahaan?,” ungkap Asnan penuh tanya.

Dikatakan Asnan, jawaban dari pihak managemen adalah, mereka ada yang tersandung gangguan *Mata Plus*. “Saya merasa ini tidak meyakinkan buat kami karena selama ini pencaker ini matanya dalam keadaan normal, saya pun memyampaikan ke pencaker untuk tes di salah satu puskesmas setelah itu hasilnya mata pencaker dalam keadaan normal, pencakerpun bergegas untuk mempelihatkan ke klinik dan salah satu HRD dan pihak HRD pun mengatakan dia terkena penyakit hepatitis,” jelasnya.

Sikap itulah yang kemudian membuat Asnan dan pencaker tambah ragu dengan tes kesehatan yang dilakukan oleh klinik  tersebut. “Artinya bahwa Pemda juga tidak harus lepas kontrol terhadap pintu awal yang mereka buka (Job Fair-red), harusnya lebih ditingkatkan pengawasan dalam proses perekrutan tersebut, sebagai anak daerah yang peduli dengan kajadian contoh kasus diatas, saya hanya mau menekankan sebagai putra daerah Morowali, kami tidak mau menjadi penonton di negeri sendiri, kami anak bangsa yang lahir di sini di Morowali bukan turis yang baru datang di Morowali,” tandasnya.**

Reporter/Morowali: Bambang Sumantri

Berita terkait