Kemenristekdikti Siapkan Program Inovasi Untad

  • Whatsapp
banner 728x90

Reporter:
Yohanes Clemens
DIRJEN Penguatan Inovasi Kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Dr Ir Jumain Appe, M,Si, Senin, (1/7/2019)
melakukan pertemuan dengan Universitas Tadulako (Untad) dalam rangka
mempersiapkan satu program inovasi dibidang peternakan.
Turut hadir dalam pertemuan
tersebut, Dirjen Kemenristekdikti, Rektor Untad, para Wakik Rektor, Dekan,
Kadis Peternakan Donggala serta beberapa unsur dilingkup Untad.
Dalam hal tersebut, Dirjen
Kemenristekdikti, Dr Ir Jumain Appe, mengatakan, program tersebut dilakukan,
agar ikon Sulawesi Tengah (Sulteng) ini bisa dihidupkan kembali, terutama
sumberdaya alam yang ada. Salah satunya adalah lembu (Sapi) Donggala yang
sangat terkenal.
“Dan yang lainnya adalah
rotan, bagaimana rotan kedepan menjadi Potensi ekonomi yang bagus dan besar.
Dan berikutnya, ini derah kemarin baru terjadi gempa, kita ingin mendorong
adanya suatu pusat inovasi gempa yang kira-kira mengkaji dan mempersiapkan
bagimana memintigasi bencana alam yang terjadi,” ujar Dr Jumain.
Sehingga, kata Dr Jumain, kusus
tahun ini kita mulai mengembangkan satu program, yang kita sebut dengan
pendidikan berbasis industri dibidang peternakan. Karna, kata Dr Jumain, kita
tau bahwa peternakan ini merupakan salah satu sumber pangan yang sangat dibutuhkan.
Maka tugas pemerintah, bagaimana menjadikan suasambada pangan nasional terutama
daging.
“Dan peternakan yang ada
disitu adalah lembu Donggala yang menjadi aicon. Nah, inila yang kita coba
kembangkan bersama-sama dengan kemitraan antara Pemerintah Daerah, dalam hal
ini Provinsi, Kabupaten Donggala, untuk mengembangkan class manutaf dari lembu
Donggala.
Kita ingin mencari standar apa
kira-kira dari lembu Donggala yang akan kita kembangkan kedepan. Dan inilah
yang akan kita jadikan potensi peternakan kita, dan kira-kira bukan hanya
dimiliki oleh Tadulako, tapi juga untuk kepentingan masyarakat dan pemerintah
daerah,” jelas Dr Jumain.
Olehnya, untuk saat ini, lanjut
dia, kita lagi mendesain, mulai dari
tahun pertama, kedua dan tahun ketiga, kira-kira apa yang akan kita laksanakan.
Tici Indasri yang kita kembangkan ini adalah sebagai pembelajaran baik untuk
pendidikan maupun masyarakat, peternak, ataupun pemerintah Daerah, yang
diharapkan nanti melahirkan sumber daya manusia yang berkompoten dibidang peternakan,
baik untuk peternakan sendiri, berusaha sendiri, mapun untuk kerja di bidang
peternakan.
“Kita akan siapkan untuk
pengemukan, pembesaran, karna untuk model pembibitan sudah ada dengan
pemerintah (Dinas Peternakan) suda memfasilitaskan, tinggal bagimana kita
kerjasamakan itu, untuk membuat model perkembangan peternakan, termaksud model
bisnisnya,” katanya.
Dr Jumain menambahkan, untuk
tahun ini sudah merealisasikan dengan skala kecil 30 ekor sapi. Maka dengan
melihat bisnisnya itu, sudah menguntungkan, tapi ini bukan untuk provit oentik
dulu, tapi ini adalah bagiamna kita membuat pelajaran untuk beternak yang lebih
baik.
“Jika ini menghasilkan
sesuatu yang lebih baik, kita akan bisa menerapkan kepada seluruh masyarakat
atau para pengusahan peternakan. Harapan kita agar kita bisa mandiri, jangan
tergantung terus pada pemerintah, dia bisa membuat usaha sendiri, walaupun
perguruan tinggi bukan provit orientit, tapi harus memberi keuntungan,
keuntungan akademik, sosial, ekonomi,” imbaunya.
Sedangkan, Rektor Untad, Prof Dr
Ir H Mahfudz MP, menjelaskan, awalnya ini kami ditantang oleh Pak Dirjen,
sejauh mana kecapaian Tadulako, karna skim yang ada di dalam pendanaan inovasi
itu diluar dari infrastruktur, jadi Tadulako yang punya tanggung jawab itu.
“Dan Alhamdulila, setelah
Pak Dirjen memberikan lampu hijau, bahwa ini akan terealisasi Tadulako segera
mengantisipasi itu. Bahwa sebelum timnya itu datang kami suda siapkan, sekarang
sudah siapkan pembangunan kandang,” jelas Prof Mahfudz.
Prof Mahfudz, menambahkan,
kemudian lahan yang masi semak secara bertahap melakukan penggusuran, dan
sekarang suda tersedia kurang lebih 10 hektar untuk penanaman hijauan makanan
ternaknya, dan saya janjikan ke Pak Dekan bahwa akan menambah lagi 10 Hektar untuk
tahun ini.
“Sedangkan untuk tehnik
pengelolaan ditahapan awal seluruhnya masi kita kelola, sebab jumlah sapi di
tahapan awal belum terlalu besar, dan kita juga masi berpikir dampak positif
yang kita berikan kepada masyarakat.
Dan untuk aspek lingkungan, kita
akan memanfaatkan seluru limbah yang ada. Limbah yang ada kita anggap ini
seluruhnya zero weis artinya usaha-usaha dari produksi limbah yang ada itu,
akan kita manfaatkan. Jadi tidak ada dampak lingkungan yang kita keluarkan dari
proses usaha pengembangan sapi Donggala. Untuk itu dalam program inovasi ini,
kita akan mencari sapi-sapi unggul untuk dijadikan bibit, dan sapi-sapi kurus
untuk digemukan,” tambah Prof Ir Burhanudin Sundu, MSc Ag, PhD selaku
Dekan Peternakan dan Perikanan Untad.**

Berita terkait