Gurun Atacama diperkirakan tetap dalam keadaan hyperarid atau sangat kering yang hampir permanen selama sekitar 15 juta tahun, dan tidak ada catatan tentang curah hujan yang signifikan dalam 500 tahun terakhir.
Hal tersebut berubah tiba-tiba beberapa tahun yang lalu, ketika gurun mengalami peristiwa hujan yang sangat jarang terjadi pada bulan Maret dan Agustus 2015, serta Juni 2017.
Kemarau panjang memang terhenti. Namun, beberapa hal lain rusak, salah satunya bentuk kehidupan yang telah berevolusi untuk bertahan dalam ekosistem yang sangat gersang. Bentuk kehidupan ini tidak dapat beradaptasi pada perubahan mematikan yang tiba-tiba.
“Saat hujan turun di Atacama, kami berharap bunga mekar yang megah dan gurun yang hidup kembali,” ujar Fairén yang merupakan ahli astrobiologi dari Cornell University dan Centro de Astrobiología Spanyol, seperti dikutip ScienceAlert.
“Sebaliknya, kami belajar sebaliknya, karena kami menemukan bahwa hujan di inti hyperarid Gurun Atacama menyebabkan kepunahan besar-besaran sebagian besar spesies mikroba asli di sana”.