Jakarta,– Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengatakan hingga saat ini tak ada penambahan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif (GGAPA).
Adapun satu pasien terakhir yang dinyatakan negatif GGAPA dan kini telah sehat sejak 15 Februari lalu.
“Saat ini di kita, di DKI, tidak ada penambahan baru,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti kepada wartawan, Selasa (21/2/2023).
Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) apabila ditemukan suspek GGAPA.
“Kami berkoordinasi dengan RSCM, apabila ada kasus terduga dengan gangguan ginjal akut progresif,” jelasnya.
Sementara untuk peredaran obat sirop penurun panas, Dinkes akan mengikuti regulasi di tingkat pusat maupaun BPOM.
“Kita mengikuti regulasi di tingkat pusat yang dikeluarkan oleh BPOM selaku otoritas yang mengatur tentang kewenangan tata kelola distribusi obat,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 2 kasus gagal gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) teridentifikasi di DKI Jakarta. Dinas Kesehatan DKI Jakarta menjelaskan dua kasus itu ditemukan di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur.
“Iya betul, di Jakarta Barat dan Jakarta Timur,” kata Ngabila Salama saat dihubungi, Senin (6/2).
Ngabila menjelaskan 1 dari 2 pasien gagal ginjal meninggal dunia. Sedangkan pasien lainnya tengah menjalani perawatan di rumah sakit.
Kasus gagal ginjal akut kembali teridentifikasi pada akhir Januari lalu. Satu anak yang sempat menjadi suspek Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) di DKI Jakarta dalam kondisi kian baik. Setelah dinyatakan negatif GGAPA, anak tersebut telah dipulangkan dari rumah sakit.
“Pasien sudah pulang rawat inap dari RSCM kemarin Rabu dengan sehat dan kondisi baik kemarin hari Rabu, 15 Februari,” kata Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama kepada wartawan, Kamis (16/2).
Ngabila menjelaskan pasien tersebut sebelumnya dirawat intensif di RSCM lantaran menunjukkan tanda klinis mengarah ke GGAPA. Ditambah lagi, pasien memiliki riwayat mengonsumsi sirop penurun panas.
Setelah ditelusuri, ternyata gejala yang dialami pasien mengarah kepada long COVID-19, bukan GGAPA.
“Tidak bisa buang air kecil (BAK), klinis gagal ginjal akut dan riwayat minum obat sirop, tetapi setelah didalami para klinisi mengeluarkan kasus ini sebagai terduga GGAPA dan dianggap negatif,” jelasnya. ***
Editor/Sumber: Riky/Detik.com