Perkelahian Diduga Akibat Miras, Ustadz Sugianto Kaimudin Ingatkan Aparat Keamanan Harus Bertindak Tegas

  • Whatsapp

Sulteng – Warga Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, belum lama ini digegerkan lagi dengan peristiwa penganiayaan menggunakan senjata tajam jenis parang, tepatnya di Desa Keurea.


Kapolsek Bahodopi, Iptu Edi Cahyono yang dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian tersebut. Dikatakannya, pada hari Selasa tanggal 11 April 2023 sekitar pukul 00.30 WITA, bertempat di sebuah kamar kost belakang pasar lama Desa Keurea, telah terjadi tindak pidana penganiayaan menggunakan sebilah parang yang dilakukan oleh tersangka “A” dan “M”


“Pada hari Senin tanggal 10 April 2023 sekitar pukul 19.00 WITA, bertempat di kost milik wanita berinisial “DT” di Desa Keurea belakang pasar lama, ia merayakan ulang tahunnya dan mengundang teman kerjanya dari PT. SIMOSI untuk makan dan bakar-bakar ikan, dan beberapa diantara temannya ada yang mengkonsumsi minumas keras jenis cap tikus di kost tersebut, pada saat itu juga kamar kost di sebelahnya yaitu milik “M” juga mengadakan acara minum-minuman keras bersama dengan adik dan sepupunya yaitu “A”, “OCA” dan “ACO”, sambil bernyanyi sampai dengan larut malam, sekitar pukul 00.30 WITA” urai Kapolsek Bahodopi.


Menurut keterangan saksi “DT” lanjut Kapolsek, bahwa kawan-kawannya yang sedang mengkonsumsi miras tersinggung dengan nyanyian dari kost sebelahnya, sehingga teman dari “DT” yang diduga bernama “A” dan kawannya langsung mendatangi kost milik “M”.


“Mereka datang dengan membawa sebilah parang dan masuk ke kost kemudian langsung membacok “AND” yang menganai punggungnya, tidak terima melihat adiknya dibacok, “M” juga mengambil parangnya dan membalas membacok mengenai “SR” sehingga terluka pada punggung bawah sebelah kanan, “M” juga sempat dibacok oleh “A” dan sempat menangkis sehingga “M” terluka pada bagian tangan kiri” jelas Iptu Edi Cahyono.


Dikatakannya, perkelahian tersebut sempat dilerai oleh tetangga kost, namun tak bisa dihindari, dan akhirnya para korban langsung dilarikan ke Puskesmas Bahodopi untuk mendapatkan perawatan.


Para terduga pelaku dan korban dirujuk ke RSUD MOROWALI untuk mendapatkan perawatan lebih insentif akibat luka menganga terkena sabetan parang terlihat cukup parah


Adapun barang bukti yang berhasil diamankan adalah sebilah parang milik “M”, dan sebuah sarung parang yang diduga milik “A”.


Menanggapi kejadian tersebut, Ketua Umum Yayasan Khalid Bin Walid Poso, yang juga merupakan Ketua Kerukunan Keluarga Morowali (KKM) Poso, Ustadz Sugianto Kaimudin mengingatkan kepqd aparat keamanan untuk serius menanganai peredaran miras dan narkoba di Kabupaten Morowali, sebelum terjadi konflik yang lebih besar.


Ia mencontohkan bahwa konflik horizontal yang terjadi di Kabupaten Poso berawal dari permasalahan miras pada tahun 1998, yang kemudian merembet ke masalah SARA, yang menimbulkan banyak korban pembantaian dari kalangan ummat Islam di Poso.


Dikatakannya, sebagai putra kelahiran Morowali, ia tak ingin miras menjadi malapetaka yang berujung konflik berdarah seperti yang terjadi di Kabupaten Poso sekitar 23 tahun silam.


“Kami ini sesungguhnya cinta damai, kami tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi di tanah kelahiran kami, maka dari itu kami kembali ingatkan kepada seluruh aparat keamanan yang ada di Kabupaten Morowali, untuk menindak tegas para pengedar miras maupun narkoba di Kabupaten Morowali, apalagi kami tau di Bahodopi itu adalah kawasan industri objek vital nasional yang seharusnya dijaga kedamaian serta keamanannya, Insyaa Allah setelah Lebaran Idul Fitri, kami akan coba turun ke Morowali untuk melihat situasi di sana, khususnya di Bahodopi, yang mana kami dengar disini sangat memprihatinkan perilaku kehidupan bebas” tegas Ustadz Sugianto Kaimudin.


Ia menambahkan, seluruh anggota Yayasan Khalid Bin Walid Kabupaten Morowali untuk kembali merapatkan barisan, sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, semuanya bisa siap dan siaga. “Saya perintahkan kepada seluruh laskar Khalid Bin Walid di Morowali untuk kembali merapatkan barisan, perkuat konsolidasi dan isi lagi majelis ta’lim sebagai wadah silaturrahmi” ujarnya kepada media ini, Sabtu (15/4/2023).


Seperti diketahui, Ustadz Sugianto Kaimudin adalah eks pejuang di konflik horizontal Poso, dan sempat merasakan penderitaan di balik jeruji besi sebagai narapidana tipiter.


Ustadz Sugianto Kaimudin juga merupakan mantan Ketua DPD Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Tengah, yang kini berubah nama menjadi Front Persaudaraan Islam (FPI).


Ia kini aktif menjalankan kegiatan yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan di berbagai wilayah, khususnya di tempat terjadinya bencana dengan pasukan relawan ANTA Yayasan Khalid Bin Walid, memiliki Rumah Khitanan Gratis (RKG) di Kabupaten Poso, serta melayani perawatan luka akibat Diabetes Melitus (DM).


Atas keseriusannya untuk melakukan kegiatan kemanusiaan melayani ummat, Ustadz Sugianto pun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas di RSUD Poso, dan fokus berdakwah menyebarkan nilai-nilai Islam di beberapa kabupaten.

Berita terkait