Petani Diminta Untuk Hemat Air
Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat (PUPR) Jarot Widyoko mengakui dampak El Nino telah terlihat di sebagian wilayah di Tanah Air yang saat ini telah dilanda kekeringan. Kawasan-kawasan tersebutlah yang saat ini menjadi fokus pemerintah agar bisa segera tertangani.
Atas kondisi ini, Jarot mengimbau kepada masyarakat agar lebih mengutamakan pemanfaatan air untuk minum dibandingkan untuk aktivitas lainnya seperti bertani. Hal ini dirasa perlu dilakukan mengingat ketersediaan air yang semakin terbatas.
“Koordinasi dengan temen-temen pertanian, masyarakat untuk meminimalisir pemanfaatan air sehingga mulai dari sistem penggolongan, sistem tanamnya apa yang akan ditanam, ini kita koordinasikan sehingga bencana kekeringan dapat terlampaui dengan baik,” ujarnya.
Jarot mengatakan, pihaknya telah menyiapkan 223 bendungan dengan total volume air 6,7 miliar m3 dan volume pemanfaatan air 4,37 miliar m3 sebagai salah satu infrastruktur penunjang ketersediaan air. Namun, semakin lama bendungan tersebut dapat mengering sehingga pemanfaatan air harus diatur dengan baik.
“Jadi kami harapkan koordinasi yang erat untuk meminimalisir pemanfaatan air, kalau misalnya diprioritaskan untuk air minum. Irigasi dengan air minum, duluan mana yang harus diprioritaskan? Adalah air minum. Di tingkat lapangan, harus bisa memutuskan lebih baik prioritasnya, lebih baik tidak makan daripada tidak minum. Jadi decision maker ada langsung di lapangan,” katanya.
Ancaman Gagal Panen
Selanjutnya, Koordinator Pengendalian OPT Serealia, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Gandi Purnama memproyeksikan adanya sejumlah lahan pertanian yang mengalami gagal panen dalam beberapa bulan ke depan. Berdasarkan data yang telah dihimpun dalam periode April s.d Juli 2023, walaupun ada El Nino, diproyeksikan sejumlah daerah masih mengalami hujan.
Berkaca pada data tersebut, terlihat masih ada potensi banjir yang mengintai lahan pertanian. Gandi memaparkan, akibat terjadinya fenomena El Nino dalam beberapa waktu terakhir, sebanyak 20.255 hektare (ha) lahan padi mengalami kekeringan serta sebanyak 14.000 lahan padi terkena banjir.
“Dampaknya yaitu puso (gagal panen). Jadi dari yang terkena tadi yang terkena atau dampak gagal panen adalah pada musim kemarau 2023 banjir 14.000 hektare, itu terancam puso tenggelam 1.800 hektare. Sementara kekeringan tahun ini dari 27.000-an (hektare lahan), yang puso 469 hektare,” jelasnya.
Dengan demikian, secara total dari kekeringan 469 hektare dan banjir 1.800 hektare, ada 2.269 hektare lahan padi yang terancam gagal panen pada tahun ini. Walau angkanya terbilang cukup besar, ia optimis dengan berbagai upaya matang dalam penyiapan air, bisa menekan puso yang signifikan.
“Ada rencana aksi yang sudah dan akan kita lakukan. Pertama, gerakan kejar tanam (gertam) 1.000 ha per kabupaten dan gerakan nasional penanganan El Nino 500 ha di seluruh provinsi dengan strategi peningkatan indeks tanaman, perluas area tanam, dan peningkatan produktivitas,” kata Gandi. ***
Editor/Sumber: Riky/Detik