Namun rute tersebut bukanlah jalan aman. Setiap langkah di sana bisa menjadi langkah terakhir. Di satu sisi, laut diawasi ketat kapal perang Israel. Di sisi lain, tank dan pasukan darat mengintai. Di udara, pesawat tempur terbang rendah, menciptakan suasana teror tanpa jeda.
“Kami tahu kami bisa mati kapan saja. Tapi di rumah, anak-anak menangis karena lapar,” kata Abdul Hamid, warga Gaza Utara, yang bersama puluhan lainnya memilih menempuh perjalanan menuju Gaza Tengah. “Kami ucapkan syahadat sebelum berangkat. Tidak ada jaminan kami akan kembali,”dilansir iNews Selasa (13/5/2025).