SULTENG – Seluruh wilayah (13 daerah) kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tengah berisiko bencana hidrometeorologi tinggi. Olehnya, seluruh pejabat daerah kabupaten dan kota wajib menyiapkan cegah dini. Demikian amanat Wakil Gubernur Reny A Lamadjido ketika memberikan pengarahan Apel Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi serta Pengamanan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, ( 15/12/2025) di Palu.
Sulteng merupakan wilayah yang dianugerahi kekayaan alam melimpah, namun di sisi lain memiliki tantangan geografis yang tinggi terhadap berbagai jenis bencana, baik geologi maupun hidrometeorologi, katanya.
Bencana seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, likuifaksi, hingga kebakaran hutan menjadi ancaman nyata yang harus diantisipasi secara serius.
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2024, Provinsi Sulteng berada pada peringkat ke-15 dari 38 provinsi dengan kategori risiko bencana tinggi.
Sebanyak 13 kabupaten/kota tercatat berada pada kategori risiko tinggi dan sedang, yang menuntut kesiapsiagaan berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan.
Data BPBD Provinsi Sulteng mencatat, sepanjang 2024 terjadi 197 kejadian bencana, sementara pada tahun 2025 hingga November telah terjadi 256 kejadian, atau meningkat sekitar 30 persen.
Mayoritas kejadian didominasi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gelombang pasang, dan abrasi pantai. ‘’Bencana tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga berdampak pada aktivitas ekonomi dan menimbulkan kerugian material yang besar, sehingga kita selalu waspada dan siap,” tegas Wagub.
Mengacu pada informasi BMKG, periode Desember 2025 hingga Februari 2026 berpotensi terjadi peningkatan curah hujan akibat perkembangan bibit siklon tropis, sehingga risiko bencana hidrometeorologi diperkirakan meningkat.
Oleh karena itu, apel kesiapsiagaan ini tidak sekadar rutinitas, melainkan momentum penting untuk memastikan kesiapan personel, peralatan, dan sistem koordinasi lintas sektor. ***







