WARGA Desa Lantapan Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli Jainab (48) merupakan orang tua Ican yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 pada Jumat pekan kemarin mengaku anaknya hanya sebagai buru pengangkut pasir, tidak masuk dalam jaringan teroris.
Dia mengaku terkejut setelah mendengar kabar bahwa anaknya salah satu dari lima yang ditangkap Densus 88 pada saat sedang bekerja di lokasi penambangan pasir di Desa Kalangkangan Kecamatan Galang karena dianggap masuk dalam jaringan ISIS.
“Anak saya itu sehari-hari hanya sebagai kenek truk pengangkut pasir, saya tidak percaya kalau dia itu masuk dalam jaringan yang ditudingkan itu. Kehidupan keseharian anak saya tidak menunjukan aktifitas yang menyimpang, kesehariannya sama seperti anak muda pada umumnya. Dia itu tulang punggung keluarga,” cerita Jainab.
Jainab juga menceritakan, karena sebagai tulang punggung keluarga, anaknya tersebut tidak pernah bepergian keluar daerah untuk mencari pekerjaan karena sepengetahuannya anaknya tersebut tidak memiliki keterampilan untuk diterima bekerja, terkecuali hanya sebagai kenek truk pengangkut pasir.
“Anak saya itu kalau tidak pergi jadi kenek, paling pergi ke sawah bantu orang tua menanam padi, makanya saya yakin anak saya itu tidak mungkin ikut yang menyimpang,” lanjut Jainab. Ia juga menceritakan, anaknya merupakan anak yang soleh, tidak pernah melalaikan salat lima waktu. Bahkan ia aktif mengikuti kegiatan keagamaan yang rutin dilaksanakan pengurus mesjid di Desa Lantapan.
“Kalau anak-anak sudah rajin salat masa dituding teroris. Seandainya dia pergi tak ada kabar berita kemudian datang hanya sebentar dan pergi lagi, saya pasti curiga, tapi kan dia tidak begitu,” tuturnya lagi. Jainab mengaku tidak mengetahui mengenai empat teman anaknya yang dibekuk Densus 88 pada 9 Maret sekitar pukul 08.00 silam. Ia baru mengetahui informasi tersebut dari orang lain yang menceritakan ternyata dari kelimanya, anaknya bernama Ican merupakan salah satu yang dibekuk petugas anti teror.
“Yang pasti saya tidak tau keempat anak yang ditangkap itu, karena tidak pernah saya lihat berteman dengan anak saya,” katanya.
Sementara informasi diperoleh, dari kelima yang ditangkap sensus 88 yang terduga teroris dua orang merupakan warga Kabupaten Tolitoli, satu orang warga Kabupaten Poso sementara dua orang maaing-masing dari Jawa dan Lampung. Tiga orang dari kelima yang ditangkap dendus 88 yang berasal dari daerah lain itu datang ke Tolitoli untuk mengunjungi temannya bernama Syamsuriadi, mereka saling mengenal di Makassar, namun baru empat hari di Tolitoli, tiga orang tersebut langsung dibekuk petugas densus 88.
Dalam penangkapan, petugas pun melakukan penggeledahan di rumah orang tua syamsuriadi dimana ketiganya menginap. Mereka menyita sebuah tabung gas, dokumen serta sebuah rompi milik warga Tolitoli itu. ***
Reporter: romi tolis