Tender Rp. 34 M Anuntaloko Bakal Rawan Temuan

  • Whatsapp
banner 728x90

TENDER Ruang Inap empat lantai di rumah sakit umum daerah (RSUD) Anuntaloko Parigi Rp. 34 miliar diprediksi akan mubazir dan rawan temuan pihak penegak hukum. Pasalnya, pembangunan ruang inap itu akan dilengkapi dengan lift (alat angkut elektronik). Pasalnya, dalam tender itu tidak mempertimbangkan kemampuan energi kelistrikan Anuntaloko. Ada kecenderungan, bahwa pengadaan lift dapat dilakukan tapi tidak memberikan asas manfaat.

‘’Proyek itu akan mubazir. Saya bukan skeptis. Tapi banyak hal menjadi pertimbangan. Terkait soal akan ada lift elektronik. Apakah sudah dikaji dan dipertimbangkan itu tenaga listriknya. Sedangkan dua Mall besar di Palu saja masih menggunakan eskalator untuk alat angkut publik. Saya kuatir pengadaannya bisa tapi mubazir. Sebaiknya sebelum diadakan harus dikritisi dulu agar anggaran negara lewat DAK itu bisa berdampak atau ada asas manfaatnya,’’ ujar pengamat kesehatan di Sulteng, Muhammad Imran SH M.Kes via surat elektronik ke redaksi Kaili Post semalam (10/05).

Harusnya, saat asistensi pengusulan DAK 2017 lalu managemen RSUD Anuntaloko ke pusat (Depkes RI), Pemkab Parigi Moutong menyimak dengan baik. Ada dasar asistensi yang tidak dapat diabaikan yaitu soal kemampuan, kekuatan dan kesiapan daerah menerima DAK dari pusat. ‘’Jangan seperti kasus di Palu. Menerima DAK pusat pembangunan gedung farmasi. Dana turun, tapi gedungnya ada dan masih bagus. Akibatnya, DAK itu rawan temuan,’’ terangnya.

Muhammad Imran mengakui bahwa pengusulan DAK dari daerah ke pusat memang bertujuan baik. Yaitu agar pembangunan daerah melalui sumber dana khusus APBN dapat dibawa ke daerah. Hal itu akibat sumber pendapatan asli tidak mampu menalangi semua program dan kegiatan daerah. ‘’Tapi tidak boleh gegabah. Dan asal usul. Karena pusat hanya mengetahui itu usulan DAK daerah dan pasti kalau dalam kertas rasional akan dibantu. Apalagi kalau di Jakarta ada cenel pasti mudah. Tapi jangan sampai menjebak dalam wilayah hukum,’’ ingatnya.

Ia menyarankan Bupati Parmout segera menyikapi hal itu. Tujuannya agar pembangunan untuk kepentingan RSUD Anuntaloko dapat berjalan demi pelayanan kesehatan publik yang lebih baik.

Sebelumnya, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anuntaloko Parigi, Kabupaten Parmout, dr Nurlela Harate memastikan pekan ini, kucuran anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp. 34 miliar diperuntukan untuk ruang inap pasien kelas tiga yang berlantai tingkat empat siap ditenderkan.

‘’Insyaa Allah pekan ini, bangunan ruang inap kelas tiga yang berlantai empat siap untuk ditender. Dari sisi perencanaanya secara keseluruhan sudah selesai, begitu pun dari anggarannya sudah ready, kami tinggal menunggu proses tender selesai, dan pembangunannya pun langsung akan dilaksanakan,” ungkap direktur RSUD Anuntaloko Parigi, dr Nurlela Harate (9/5).

Rp. 34 miliar sudah diingklutkan dengan fasilitas pengadaan Alat Kesehatan (Alkes). Sehingga angka Rp. 34 miliar tidak secara keseluruhan direalisasikan untuk bangunan fisik, namun dibagi dengan pengadaan Alkesnya. Memang, jika melihat anggaran secara gelondongan Rp. 34 miliar mungkin sangat banyak. Namun setelah dihitung ternyata tidak mencukupi. Sebab, menurutnya ada beberapa fasilitas mewah yang masuk dalam bangunan fisiknya, salah satunya yakni bangunan tersebut menggunakan fasilitas lift.

“Jadi pasien lebih mudah untuk naik turun dari lantai satu ke lantai empat, dan fasilitas lift ini pun merupakan perencanaan langsung dari pihak kementerian. Nyaris, semua rumah sakit yang ada di Indonesia yang akan berakreditas B harus memiliki fasilitas bangunan berlantai empat dan fasilitas utamanya adalah lift,” ujarnya.

Selain itu kata ia, untuk pemenuhan tempat tidur inap pasien, bangunan tersebut sesuai pada perencanaannya akan dipenuhi dengan 160 tempat tidur, yang dimana setiap bangunan akan menampung kurang lebih 40 tempat tidur.

Menurutnya, pembangunan ruang inap pasien kelas tiga tersebut akan lebih memberikan warna baru terhadap pelayanan RSUD itu sendiri, sebab tidak bisa dipungkiri bahwa sering terjadi pembludakan pasien khususnya untuk pasien kelas tiga.

“Apalagi dengan melihat pasien baik yang menggunakan BPJS, KIS dan semacamnya rata-rata menggunakan kelas tiga, sehingga kadang kami sedikit kelabakan terkait penyediaan ruang kelas tiga ini. Namun, Alhamdulillah dengan bantuan pusat melalui dana DAK ini maka kami sangat terbantukan,” terangnya.

Pihaknya berharap, semoga bangunan baru tersebut bisa memberikan output dan outcame yang sangat baik untuk Pemkab Parmout, dan bisa lebih memenuhi permintaan jumlah pasien yang setiap harinya makin meningkat. **

reporter: Fharadiba/andono wibisono

Berita terkait