Oleh: Derek Manangka (Wartawan Senior)
SUMBER,- DARI Puluhan LSM yang menyuarakan kepentingan Palestina di Indonesia, hanya satu yang kredibel. Yaitu yang bernaung di bawah pimpinan Din Syamsuddin. Pernyataan di atas merupakan ungkapan spontan Fariz Mehdawi, Duta Besar Palestina untuk Indonesia di bulan Juli tahun 2010. Tujuh tahun silam itu Dubes Palestina membahas rencana dialog Palestina-Israel dengan Sinyo Sarundayang, Gubernur Sulawesi Utara saat itu, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta.
Mehdawi membahasnya, sebab gagasan dialog itu, disadari, sebagai sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Apalagi penyelenggaraannya dipimpin seorang swasta. Sementara Gubernur Sulut sebagai wakil pemerintah, hanya boleh berperan-sebatas pemberi restu. Yang menjadi inisiator, Christian Mapaliey, pengusaha Indonesia yang lama bermukim di Finlandia.
Manado, ibukota provinsi Sulut, direkomendasikan oleh Mapaliey sebagai lokasi pertemuan dialog, dengan alasan pragmatis. Masyarakat di kota Manado terkenal dengan keaneka-ragaman dan tidak bersikap apriori serta subyektif terhadap persoalan Palestina-Israel. Sepanas dan separah apapun yang terjadi dalam konflik Palestina-Israel di wilayah Timur Tengah sana, tidak akan mendorong warga Manado di bibir Pasifik, berdemo untuk menentang atau memihak.
Di kota Manado sendiri, terdapat sebuah sinagog, tempat beribadah Yahudi, agama yang dipeluk mayoritas orang Israel. Sementara di tengah kota Manado pun terdapat “Kampung Arab” yang semua penduduknya beragama Islam. Di Manado sana, ‘Arab-Palestina-Manado’ dan “Yahudi Kawanua’ tidak pernah terjebak dan terpengaruh oleh situasi konflik di Timur Tengah. Hampir tidak ada masyarakat Manado yang melihat konflik Palestina-Israel sebagai sebuah persoalan yang ditimbulkan oleh perbedaan agama.
BACA SELENGKAPNYA DI HARIAN KAILI POST…!