Raja Salman ke Trump: Jangan Sakiti Muslim Sedunia

  • Whatsapp

SUMBER, ARAB Saudi Salman bi Abdulaziz menerima telepon dari PresidenAmerika Serikat Donald Trump, kemarin untuk membicarakan perkembangan teranyar di kawasan Timur Tengah. Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz menerima telepon Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kemarin untuk membicarakan perkembangan terbaru di kawasan Timur Tengah. Dalam percakapan mereka, Raja Salman menegaskan Arab Saudi mendukung hak bersejarah rakyat Palestina.  Selanjutnya Raja Salman meyakinkan Trump bahwa setiap deklarasi Yerusalem sebelum ada kesepakatan akan membahayakan perundingan damai Palestina-Israel yang sedang berlangsung. Raja Salman juga menambahkan, pemindahan Kedutaan AS ke Yerusalem termasuk langkah berbahaya, yang bisa memberikan efek negatif dan menyinggung mayoritas muslim di seluruh dunia, seperti dilansir dari Al Arabiya, Rabu (6/12).

Duta Besar Arab Saudi Pangeran Khalid bin Abdulaziz dua hari lalu sudah menelepon Washington dan mengatakan, pernyataan status Yerusalem sebelum penyelesaian konflik bisa menambah kekacauan di wilayah ini.

“Beberapa pernyataan Amerika tentang status Yerusalem sebelum kesepakatan akhir tercapai akan menambah kekacauan di kawasan Timur Tengah,” kata Pangeran Khalid.  “Kebijakan Kerajaan Saudi selama ini terus mendukung rakyat Palestina, dan ini sudah disampaikan kepada pemerintah AS,” kata Pangeran Khalid.

JUAL SENJATA

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, berkunjung ke Arab Saudi untuk bertemu Raja Salman bin Abdulaziz. Kedatangan Trump menghasilkan kerja sama dengan nilai yang fantastis. Pertemuan dua petinggi negara maju itu menghasilkan kesepakatan senilai US$ 110 miliar atau sekitar Rp 1.463 triliun (kurs Rp 13.300 per dolar AS) untuk kerja sama alat pertahanan.

Kerja sama tersebut tidak berhenti hanya dalam satu tahun, tapi sampai 10 tahun dengan nilai hingga US$ 350 miliar atau sekitar Rp 4.655 triliun.  “Perjanijan ini merupakan pengembangan kerja sama pertahanan yang sangat signifikan bagi kedua negara,” demikian keterangan resmi pihak Gedung Putih seperti dikutip CNBC, Senin (22/5/2017).

Selain itu, ada juga kerja sama antara Arab Saudi dengan perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam dengan nilai sekitar US$ 10 miliar. Lockheed Martin, salah satu kontraktor pertahanan terbesar AS, ikut terlibat dalam kerja sama tersebut. “Kami akan berkontribusi dalam kerja sama ini untuk mewujudkan visi Arab Saudi 2030 dengan membuka pintu untuk lapangan pekerjaan di sektor ekonomi yang baru,” kata Lockheed Martin dalam keterangan tertulis.

AS juga akan menyuplai persenjataan dengan teknologi terkini untuk Arab Saudi di tengah panasnya tensi di Timur Tengah setelah adanya kelompok radikal yang sering menebar teror. “Paket kerja sama pertahanan ini akan membantu Arab Saudi dan negara-negara di Timur Tengah melawan ancaman dari teroris,” kata Gedung Putih. Belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai detil kerja sama tersebut. Selama ini Arab Saudi menjadi mitra yang cukup besar bagi AS. Pada 2011 sampai 2015, Arab Saudi menyerap 10% dari total ekspor AS.**

Sumber : Merdeka.Com/Detik.Com

Berita terkait