Oleh: Andono Wibisono
KAILIPOST.COM,- SULTENG- IZINKAN Saya berbagi dari sejumlah empiris iven politik di Indonesia, yang mulai mensyaratkan debat kandidat di sejumlah kontestan politik. Pertama; belum ada sebuah penelitian atau pun survei yang kredibel menyebutkan dengan debat arah pilihan pemilih berubah usai menyaksikan tentunya.
Kedua; ketika iven debat pemilih sebagian besar sudah terbelah pilihannya. Apapun dikatakan A; pilihannya, pasti dipuji bertubi tubi. Pokoknya bagus dan pintar menjawab dan bicara. Sebaliknya, kompetitornya bodoh, ilutif jawabannya, ngarang dan cap lainnya yang anonim. Lantas apa manfaatnya?
Ketiga; debat sangat relatif menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pemilih, paslon, penyelenggara hingga stake holders lainnya. Tahapan debat ini pun mengadopsi dari iven politik liberal bukan gaya politik Pancasila. Akibatnya, nanti bila terpilih paling banyak bicara, pencitraan, ngotot bila diberi masukan rakyat, menang sendiri. Karena pemimpin dihasilkan dari proses Pilkada yg ada debatnya bukan yg ada nilai nilai adat, nilai nilai timur dan Pancasila.
BACA SELENGKAPNYA DI HARIAN KAILI POST…!